MAKALAH DASAR-DASAR PENGEMBANAGAN KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum
merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa merupakan hal-hal yang
harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan pada pengembangn kurikulum pada
setiap jenjang pendidikan. Munculnya peraturan
perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap paradigma baru
dalam proses pengembangan
kurikulum. Kondisi masa sekarang dan kecenderungan yang akan terjadi pada masa
yang akan datang memerlukan persiapan dari generasi muda dan peserta didik yang
memiliki kompetensi multidimensional. Mengacu pada hal-hal tersebut ,
pengembangan kurikulum harus mampu mengantisipasi segala persoalan yang
dihadapi masa sekarang dan masa yang akan datang.
Pada dasarnya pengembangan
kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang
diharapkan karena adanya berbagaipengaruh yang sifatnya positif yang datangnya
dari luar atau dari dalam diri sendiri, dengan mengharapkan agar peserta didik
dapat menghadapi masa depannya dengan baik.
B. Rumusan masalah
2. Apa saja pendekatan pengembangan kurikulum?
3. Apa saja model-model pengembangan kurikulum?
4. Apa saja landasan atau asa-asas dalam pengembangan kurkulum ?
2. Untuk mengetahui pendekatan dalam pengembangan.
3. Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum
4. Untuk mengetahui landsan atau asas dalam pengembangan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Konsep
Kurikulum
Dalam bahasa latin
kurikulum berarti ”lapangan pertandingan” (race course) yaitu arena tempat
peserta didik berlari untuk mencapai finish, Baru pada tahun 1955 istilah
kurikulum dipakai dalam bidamg pendidkan. Bila ditelusuri ternyata kurikulum
mempunyia berbagai macam arti, yaitu:
- Kurikulum
diartikan sebagai rencana pelajaran, menurut Beuchamp (1968) kurikulum
sebagai suatu rencana pengajaran berisi tujuan yang ingin
dicapai, bahkan yang aka di sajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran,
dan jadwal waktu pengjaran.[1]
- Pengalaman belajar yang
diperoleh murid dari sekolah
- Rencana
belajar murid
Menurut Ronal C. Doll bahwa
kurikulum itu adalah pengalaman siswa yang diarahkan atau menjadi tanggung
jawab sekolah yang mengandung makna yang cukup luas. Pengalaman tersebut dapat
berlangsung disekolah, dirumah, maupun dimasyarakat, bersama guru atau tanpa
guru, bekenaan langsung dengan pengajaran ataupun tidak.[2]
Atas pendapat tersebut
Mauritz Johnson mengajukan keberatan terhadap konsep kurikulum yang sangat luas
tersebut. Menurut Johnson, pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi
interaksi atara siswa dengan lingkungannya. Interaksi tersebut bukan merupakan
kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi
hasil dari pengajaran.. johnson membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan
pengajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan dengan pelaksanaan, seperti
perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluaasi, termasuk pengajaran,
sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik.[3]
Terlepas dari pro
dan kontra tersebut kurikulum dapat disimpulkan sebagai suatu program
pendidikan yang berisiskan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematis ats dasar
norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi
tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ada tiga konsep tentang
kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai system dan sebagai bidang sudi.[4]
Konsep pertama, kurikulum
sebagai suatu substansi, suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana
kegiatan belajar bagi murid-murid
disekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu
kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil
persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang
kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.
Konsep kedua, adalah
kurikulum sebagai suatu system, yaitu System kurikulum merupakan bagian dari
system persekolahan, system pendidikan, bahkan system
mayarakat. Suatu system kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur
kerja bagaiman cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan dan mengevaluasi
serta menyempurnakannya.
Konsep ketiga, kurikulum
sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang
kajian pra ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Tujuan rikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum
dan sitem kurikulum.
B. Pendekatan
Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya ada tiga
pendekatan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum, yaitu[5]:
1. Pendekatan
Berdasarkan Materi
Perencanaan dan
pengembangan kurikulum berdasarkan materi, inilah yang mula-mula
dilaksanakan. Inti dari proses belajar mengajar ditentukan oleh pemilihan
materi. Menurut rogers mengemukakan langkah-lahkah pengembangan kurikulum
yang berdasarkan materi sebagai berikut
a. bahan
apa yang diajatkan
b. bagaimana
cara mengetahui hasil belajar
c. cara
mengajar yang baik
d. cara
pengorganisasian bahan pembelajaran
e. buku
sumber yang relevan
f. media
g. tujuan
pendidikan
2. Pendekatan
Berdasarkan Tujuan
penyususnan kurikulum
dengan pendekatan berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan itu
dicantumkan terlebih dahulu. Dari tujuan inilah dijabarkan menjadi
tujuan-tujuan yang lebih rinci yang akhirnnya ke tujuan-tujuan yang bbersifat
operasional.
3. Pendekatan
Berdasarkan Kemampuan.
Sebenarnya penyusunan
kurikulum berdasarkan kemampuan sama dengan penyusunan kurikulum berdasarkan
tujuan, namun kurikulum berdasarkan kemampuaan itu lebih operasional.
C. Prinsip-prinsip
Pengembangan Kurikulim.
1. Prinsip-prinsip
umum
Ada beberapa prinsip umum pengembangan kurikulum yaitu:[6]
a. Prinsip
relevansi
Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dan kehidupan peserta didik, kurikulum juga harus bias menyiapkan
siswa untuk bias hidup dan bekerja dalam masyarakat.
b. Prinsip
fleksibelitas
Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel, artinya
kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan yang sekarang dan kehidupan yang
akan dating.
c. Prinsip
kontonuitas
d. Prinsip
praktis/efisiensi
Kurikulum hendaknya mudah untuk dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dan biaya yang murah juga.
e. Prinsip
efektivitas
Walaupun kurikulum tersebut harus murah, sederhana, dan murah,
tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan tersebut baik
secara kualitas maupun kuantitas
2. Prinsip-prinsip
khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan
kurikulum, prinsip tersebut berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman
belajar dan penilaian :[7]
a. Prinsip
berkenaan dengan tujuan pendidikan
Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau
jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan
pendidikan tersebut bersumber pada:
1) Ketentuan
dan kebijakan pemerintah
2) Servei
mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan peserta didik
3) Survey
mengenai pandangan para ahli
4) Pengalaman
dari Negara-negara lain
5) Penelitian
b. Prinsip
berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan
yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu:
1) Perlu
penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran kedalam bentuk perbuatan hasil belajar
yang khusus dan sederhana.
2) Isi bahan
pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
3) Unit-uit
kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
c. Prinsip
berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
1) Apakah
metode atau teknik mengajar cocok untuk digunakan
2) Apakah
metode atau teknik mengajar memberikan kegiatan yang bervariasi, sehingga mampu
melayani perbedaan individu peserta didik
3) Apakah
metode atau teknik mengajar menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan
kognitif, afektik dan psikomotor.
4) Apakah
metode atau teknik mengajar lebih mengkatifkan peserta didik.
d. Prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar-mengajar
yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran
yang tepat
e. Prinsip
berkenaan dengan pemilihan kegiatan penialain
Penilaian merupakan bagian
integral dari pengajaran:
1) Dalam
menyusun alat penilaian (test), hendaknya diikuti langkah-langkah berikut
:Rumuskan tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah kognitis, afektif dan
psikomotorik.
2) Dalam
merencanakan suatu penilaian, hendaknya diperhatikan beberapa hal : tingkatan
kelas, usia, dan kemampuan yang akan dites, waktu yang dibutuhkan, bentuk tes
(uaraian atau objektif), jumlah butir tes yang diberikan.
3) Dalam
pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal berikut: norma apa
yang digunakan didalam pengolahan hasil tes, bagaimana pengubahan skor kedalam
skor masak, standar skor, dan tujuan hasil tes yang digunakan.
D. Model-model
Pengembangan Kurikulum
Ada beberapa model dalam
mengembangkan kurikulum, model-model tersebut yaitu:[8]
1. Model
Administrasi
Model administrasi
diistilahkan juga model garis staf atau top down , dari atas
kebawah
Pengembangan kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
a. Atasan
membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang (pengawas
pendidikann, kepsek, dan pengajar inti)
b. Tim
merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang diikuti.
c. Dibentuk
beberapa kelompok kerja yang anggtotanya terdiri atas para spesialis
kurikulum dan staf pengajar yang bertugas untuk merumuskan tujuan khusus, GBPP,
dan kegiatan belajar.
d. Hasil
kerja dari butir tiga direvisi oleh tim ats dasar pengalaman atau try out
e. Setelah
try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah direvisi
seperlunya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.
2. Model
dari bawah (Grass Roots)
Langkah-langkahnya:
a. inisiatif
pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar)
b. tim
pengajar dadri beberapa sekolah ditambah narasumber lain ddari orang tua
peserta didik atau masyarakat luas yang relevan.
c. Pihak
atasan memberikan bimbingan dan dorongan.
d. Untuk
pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan lokakarya untuk
mencari input yang diperlukan.
3. Model
Demonstrasi
Langkah-langkahnya:
a. Staf
pengajar suatu sekolah menemukan suatu ide pengembangan dan ternyata hasilnya
dinilai baik.
b. Kemudian
hasilnya disebarluaskan di sekolah sekitar.
4. Model
Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh
G.A Beauchamp (1960). Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Suatu
gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan dikelas, diperluas di
sekolah, kemudian disebarluaskan di sekolah-sekolah didaerah tertentu baik
secara regional maupun nasional.
b. Membentuk
tim pengembang kurikulum
c. Tim
menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar mengajar.
d. Melaksanakan
kurikulum di sekolah
e. Mengevaluasi
kurikulum yang berlaku.
5. Model
terbalik Hida Taba
Model ini dikembangkan oleh
Hilda Taba atas data induktif yang disebut model terbalik, karena
biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang datangnya
dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-langkah terlebih dahulu
mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan, kemudian disusun
teori atas dasar hasil nyata, baru dilaksanakan pelaksanaan.
Langkah-langkahnya:
a. Mendiagnosis
kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi, menentukan penilaian,
memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan, kemudian disusunlah suatu
unit kurikulum.
b. Mengadakan
try out
c. Mengadakan
revisi
d. Menyusun
kerangka kerja teori
e. Mengemukakan
adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan.
6. Model
hubungan Interpersonal Rogers
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu
secara fleksibel terhadap perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi
secara interpersonal.
Langkah-langkahnya:
a. Diadakan
kelompok untuk dapatnya melakukan hubungan interpersonal ditempat yang tidak
sibuk.
b. Kurang
lebih satu minggu para peserta mengadakan saling tukar pengalaman, dibawah
pimpinan staf pengajar.
c. Kemudian
diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu sekolah,
sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna.
d. Selanjutnya
pertemuan diadakan dengan mengikut sertakan anggota yang lebih luas, yaitu
dengan mengikut sertakan para pegawai administrasi dan orang tua peserta didik.
7. Model
action research yang sistematis
Factor-faktor yang diperlukan dipertimbangkan dalam penyususnan
kurikulum yaitu adanya hubungan antara manusia, keadaan organisaasi sekolah,
situasi masyarakat, dan otoritas ilmu pengetahuan.
Langkah-langkahnya:
a. Dirasa
adanya problem proses belajar mengajar di sekolah yang perlu diteliti
b. Mencari
sebab-sebab terjadi problem dan sekaligus mencari pemecahannya.kemudian
menentukan putusan apa yang perlu diambil.
c. Melaksanakan
putusan yang telah diambil.
E. Faktor-faktor
yang Memperngaruhi Pengembangan Kurikulum
Sekolah mendapatkan
pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat tertentu, terutama
dari perguruan tinggi dan masyarakat. Berikut ini adalah factor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum yaitu:[9]
1. Perguruan
Tinggi
Kurikulum minimal mendapat
dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dikembangkan perguruan tinggi umum dan yang kedua, dari
pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di
perguruan tinggi.
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian
dari masyarakat dan mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan di masyarakat.
Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya
mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat
disekitarnya.
3. Sistem
Nilai
Sekolah sebgai lembaga masyarakat juga bertanggung
jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan
dipelihara dan diteruskan tersebut harus diintegrasikan dalam kurikulum.
F. Landasan Dalam Pengembangan Kurikulum
a) kuriulum
disusun untuk mewujudkan system pendidikan nasional.
c) kurikulum
harus sesuai dengan cirri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang
pendidikan.
d) kurikulum
pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan , potensi,
dan minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan
berkepentingan.
e) kurikulum
pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan tuntutan lingkungan
.
f) kurikulum
pada semua jenjag pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan,
intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan,
keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika
dan rasa kebangsaan.
2. Landasan
atau Asas dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan
kurikulum banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum
mengambil suatu keputusan. Apapun jenis kurikulum pasti memerlukan
landasan/asas yang harus dipegang.
a. Asas
filosofis
Filsafat memegang peranan
penting dalam pengembangan kuikulum. Ketika kita berbicara tetang masalah
pendidikan maka kita sedang berhadapan dengan msalah hidup dan kehidupan manusia, sebagai mana yang
dikemukakan oleh Lodge , yaitu: bahwa life is education, and cducation is life,
akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manisia itu adalah proses
pendidikan. Bagaimanapun pengertian dari pendidikan, namun masalah pendidikan
adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidaup dan
kehidupan manusia. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti :
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan.[11]
Jika dianalisis secara
lebih detail, ada enam unsur yang terlibat dalam proses pendidikan yaitu:
1) tujuan pendidikan, 2) pendidik, 3) anak didik, 4) isi pendidikan, 5)
alat pendidikan, 6) lingkungan pendidikan. Keenam unsur tersebut masing-masing
memiliki peran yang amat menentukan, dan oleh karenanya dalam merumuskan,
mengembangkan dan menentukan setiap unsur yang terlibat dalam
proses pendidikan harus dilakukan melalui hasil berpikir yang
mendalam, logis, sistematis dan menyeluruh (filosofis).
Misalnya ketika merumuskan
tujuan untuk pendidikan dasar, maka sebelum tujuan dirumuskan paling
tidak terlebih dahulu mengidentifikasi karakteristik usia siswa
pendidikan dasar, kebutuhan dan kemampuan rata-rata siswa pada usia
pendidikan dasar, harapan orang tua dan masyarakat seputar pendidikan
anak pada usia pendidikan dasar, harapan pemerintah dan pihak-pihak lain
yang terkait (stake holder).
Isi kurikulum atau sumber
pengetahuan dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir
manusia, menyiapkan keterampilan bekerja yang dilakukan melalui program
dam proses pendidikan secara praktis. Implikasi bagi para pendidik, yaitu
bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
terselenggaranya pendidikan. Pendidik harus memiliki keunggulan kompetitif baik
dalam segi intelektual maupun moral, sehingga dapat dijadikan panutan bagi
peserta didik.
Implikasi terhadap
pengembangan isi atau bahan dalam kurikulum ialah harus memuat
pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa. Warisanwarisan sosial dan masa lalu tidak menjadi masalah.
Pelaksanaan penjabaran dan
pengembangan kurikulum meliputi menjabarkan kedalam tujuan, mengembangkan isi
atau bahan, mengembangkan metode atau proses ppendidikan dan hubungan antara
pendidik dan peserta didik, pengembangan evaluasi semuanya secara konsekwen dan
konsisten merefleksikan nilai-nilai yang terkadung dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional.
b. Asas
psikologis
Asas filosofis dan
sosiologis lebih mengarah pada tujuan akhir yang diharapkan bagi anak didik dalam kurikulum
itu, pengetahuan psikologi sangat dibutuhkan untuk membantu para penembang
kurikulum agar lebih realistic dalam memilih tujuan-tujuan,tetapi tidak akan
menentukan tujun-tujuan apa yang seharusnya.
Nana Syaodih Sukmadinata
mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum yaitu:[12]
1. psikologi
perkembangan dan
2. psikologi
belajar .
Psikologi perkembangan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan
perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan
individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari
tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji
tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku
individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Penerapan landasan
psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya pendidikan yang
dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian
dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi
proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya
pendidikan lainnya.
Kurikulum sebagai program
dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, senantiasa berhubungan dengan proses
perubahan perilaku peserta didik. Mengingat kurikulum merupakan suatu program
pendidikan yang berfungsi sebagai alat untuk merubah perilaku peserta didik
(siswa) kearah yang diharapkan oleh pendidikan, maka tentu saja dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan harus menggunakan asumsi-asumsi atau
landasan yang bersumber dari studi ilmiah bidang psikologi.
Pada dasarnya ada dua jenis
psikologi yang memiliki kaitan sangat erat dan harus dijadikan sumber pemikiran
dalam mengembangkan kurikulum, yaitu: Psikologi perkembangan, dan Psikologi
belajar. Psikologi perkembangan adalah ilmu atau studi yang mengkaji
perkembangan manusia, beserta kecenderungan prilaku yang ditunjukkannya. Adapun
Psikologi belajar, adalah suatu pendekatan atau studi yang mengkaji bagaimana
manusia umumnya melakukan proses belajar. Menurut psikologi belajar, bahwa
belajar diklasifikasi sebagai berikut: belajar berdasarkan keseluruhan, belajar
adalah pemebentukan kepribadian, belajar berkat pemahaman, belajar berdasarkan
pengalaman, belajar merupakan proses perkembangan, dan belajar adalah proses
berkelanjutan.
c. Asas
sosiologis
Asas ini berkenaan dengan
penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu
dan rekontruksi masyrakat, Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya
semata-mata digunakan dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional,
melainkan juga bagi guru dalam pembinaan
kurikulum tingakt sekolah atau bahkan tingkat pengajaran, menurut Doll ,
sekolah mempersisapkan anak untuk kehidupan di
masyarakat kini dan yang akan datang. Agar sekolah dapat memberikan persiapan
sebaik-baiknya, maka apa ang dipersiapkan harus sesuai dengan apa yang ada atau
diharapkan oleh masyarakat.[13]
Agar kurikulum sebagai
program pendidikan maupun kurikulum sebagai pengalaman yang diterapkan dalam proses
pembelajarn di setiap satuan pendidikan, selain menggunakan kedua landasan yang
telah dibahas sebelumnya yaitu landasan filosofis dan psikologis, juga harus
menggunakan asumsi-asumsi atau landasan lainnya yaitu landasan sosiologis dan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Oleh karena itu guru, para
pembina dan pelaksana kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan
masyarakat, agar apa
yang diberikan kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupan siswa di
masyarakat. Jadi kurikulum harus dikembangkan dengan didasarkan pada
norma-norma sosial atau budaya. Dengan demikian maka pendidikan akan menjadi
pewaris budaya, dan sekaligus berfungsi untuk mengembangkan kehidupan sosial
maupun budaya kearah yang lebih baik sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
masyarakat yang berbudaya.
d. Asas
pengetahuan dan teknologi (Herrick),
Dasar ini berkenaan dengan
materi yang akan disampaikan dalam kurikulum. Apakah pendidikan akan
memberikan pegetahuan lama atau pengetahuan baru. Kurikulum yang diberikan
kepada peserta didik hendaknya mengikuti perkembangan teknologi sekarang ini.[14]
e. Asas
Organisatoris
Keadaaan masyarakat yang
berubah-ubah dan mengalami peruubahan yang sangat pesat, tentu akan member
beban baru bagi para pengembang kurikulum, yang berperan sebagai
pembuat keputusan dan memilih apa saja yang harus diajarkan kepada siapa. Dalam
hal ini Nasution mennyaakan bahwa ada dua masalah pokok yang harus
dipertimbangkan , yaitu:
· pengetahuan
apa yang harus diberikan kepada peserta didik dalam suatu bidang studi,
· bagaimana
mengorganisasi bahan itu agar peserta didik dapat mengusai dengan
sebaik-baiknya.
Kalau diperhatikan secara
seksama, yang paling berwenag dalam memecahkan masalah adalah para spesialis
mengenai ilmu tersebut, dengan sayarat selalu mengikuti perkembangan ilmunya,
dan tentunya harus memehami asas filosofis, sosiologis, dan psikologis dalam
mengambil keputusan. Sementara itu para pengembang kurikulum mempunyai tugas untuk
membantu para spesialis agar memahami spenuhnya akantugas mereka dalam
menentukan pengetahuan paling berharga
tersebut. Pendekatan yang paling baik
kemungkinan adalah dengan membentuk tim yang diketuai ahli pengembang kurikulum yang juga
memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
bidang studi tersebut.
Kemudian masalah selanjutnya adalah
mengenai organisasi bahan yang tidak kalah penting untuk diperhatikan.
Nasution mengemukakan bahwa ada bermacam cara dalam mengorganisasikan bahan
bagi keperluan pengajaran. Salah satunya adalah denga mengorganisaskan
berdasarkan: topik, tema, kronologi, konsep, isu, logika, dan proses disiplin.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Simpulan :
Pada adasarnya pengembangan
kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang
diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya
dari luar atau dari dalam diri sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat
menghadapi masa depannya dengan baik.
Pengembangan kurikulum
hendaknya dapat mempersiapkan pesertadidik untuk menghadapi perkembangan zaman
yang kelak dihadapinya.
Pada era pembangunan sekarang
ini, pengembangan kurikulum hendaknya memperlihatkan link dan match antara out
put dengan lapangan kerja yang diperlukan, karena itulah
pengembangan kurikulum hendaknya sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan yang mengarah pada masa depan peserta didik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Beachamp, George A, 1968, Curriculum Theory.
Illinois: The KAGG Press.
Doll,,Ronal C. 1974 Curriculum
Improvement, Decision Making and Process, Bostom : Allyn &
Bacon.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2002. Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek.
Dakir ,2010, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta
: Rineka Cipta.
[2] Ronal C. Doll, Curriculum
Improvement, Decision Making and Process, (Bostom : Allyn
& Bacon, 1974), h. 22
[3] Mauritz Johnson, Internationality
in Education, (Ney York:Center for Curriculum Research and Service,
1977), h. 130
[6] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan
Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997), h.
150-151
0 komentar: