ARENA MENENTUKAN BAHAN PELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pengatahuan manusia disusun oleh para ahli dalam sebuah katagori
yang disebut disiplin ilmu. Penyusunan ini dilakukan secara rasional, logis,
sistematis sehingga menjadi suatu sistem yang bulat. Tiap disiplin mempunyai
bahan atau isi tertentu berupa fakta, data, konsep, dan prinsip, akan tetapi
juga cara berpikir tertentu, yakni cara mengajukan pertanyaan dalam mengadakan
penelitian untuk menghasilkan pengetahuan baru. Misalnya cara berpikir
matematis berbeda dengan cara berpikir historis atau ekonomis
Yang dijadikan bahan kurikulum bukan yang isi disiplin ilmu berupa
pengetahuan, melainkan juga prosesnya. Anak-anak
harus dengan sengaja diajarkan proses berpikir kritis, proses penemuan, proses
pemecahan masalah, dan sebagainya. Aspek proses ini masih kurang mendapat
perhatian.
BAB II
PEMBAHASAN
ARENA MENENTUKAN BAHAN PELAJARAN
Pelajaran
Menentukan scope, yakni apa yang harus diajarkan merupakan suatu
masalah yang makin lama makin bertambah sulit. Sebabnya ialah:
(1)
Bahan pelajaran cepat bertambah luas karena eksplosi ilmu
pengatahuan. Tak ada lagi manusia yang mungkin menguasai seluruh pengetahuan yang ada sekarang.
Spesialisasi dalam pendidikan makn meluas dan tiap spesialisasi memerlukan
bahan pelajaran tambahan. Di samping itu waktu belajar terbatas, demikian pula
kemampuan anak untuk menguasai bahan pelajaran. Maka perlulah diadakan pilihan
tentang apa yang perlu diajarkan.
(2)
Belum ada kreteria yang pasti tenyang bahan apa
yang perlu di ajarkan. Juga belun ada cara tentang mengorganisasikan kurikulum
yang dapat diterima oleh semua.
(3)
Mata pelajaran yang tradisional tidak lagi memadai.
Timbul pula tujuan-tujuan yang baru seperti berfikir kritis dan kreatif,
memahami lingkungan social, memahami dunia internasional dan sebagainya yang
dianggap perlu dimasukkan dalam kurikulum. Sering mata pelajaran baru
ditambahkan sedangkan mata pelajaran lama bercokol terus, sehingga beban
belajar bagi anak bertambah berat. Menambah mata pelajaran dalam masa belajar
yang sama sering berarti makin dangkalnya pengetahuan anak tentang aneka
bidang. Matapelajaran yang sebenarnya telah using dipertahankan karena “vested
interest” golongan-golongan tertentu. Demikian pula penambahan matapelajaran
sering terjadui oleh tekanan golongan tertentu, bukan atas pertimbangan
rasional yang obyektif.
A.
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran atau subject
matter terdiri atas pengetahuan, nilai-nilai, dan ketermapilan. Sawah bukan
bahan pelajaran akan tetapi yang menjadi bahan pelajaran ialah pengetahuan
tentang sawah itu. Bahan pelajaran adalah sebahagian dari kebudayaan.
Pengatahuan manusia disusun oleh para ahli dalam sebuah katagori
yang disebut disiplin ilmu. Penyusunan ini dilakukan secara rasional, logis,
sistematis sehingga menjadi suatu sistem yang bulat. Tiap disiplin mempunyai
bahan atau isi tertentu berupa fakta, data, konsep, dan prinsip, akan tetapi juga
cara berpikir tertentu, yakni cara mengajukan pertanyaan dalam mengadakan
penelitian untuk menghasilkan pengetahuan baru. Misalnya cara berpikir
matematis berbeda dengan cara berpikir historis atau ekonomis.
Disiplin ilmu banyak digunakan sebagai dasar penyusunan kurikulum
yang berbentuk matapelajaran seperti fisika, biologi, sejarah dan sebagainya.
Kurikulum seperti ini dikatakan mempunyai organisasi yang logis. Bahan pelajaran disajikan dalam urutan yang logis, misalnya
dalam biologi dimulai dengan binatang yang bersel satu, kemudian bersel banyak
dan selanjutnya meningkat kepada binatang yang berangsur-angsur lebih kompleks
strukturnya. Kurikulum yang logis ini sering tidak ada kaitannya dengan
pengalaman anak dalam hidupnya, sehingga apa yang dipelajari anak sering hanya
hafalan kata-kata tanpa makna dan karena itu tidak memperkaya pribadinya.
Kurikulaum yang dianggap lebih bermakna ialah bila bahan pelajaran
dihubungkan atau didasarkan atas pengalan anak dalam kehidupanya sehari-hari,
misalnya bila dibicarakan masalah yang nyata seperti soal kesehatan, kecelakaan
lalu-lintas, dan sebagainya. Topik ini dapat diajarkan dengan menggunakan bahan
dari berbagai disiplin ilmu seperti biologi, fisika, kimia, matematika,
geografi, dan sebagainya. Dalam hal ini pengatahuan dari disiplin ilmu itu
dipakai secara fungsional untuk memahami suatu masalah. Karena ilmu itu
digunakan secara bermakna, lebih bnyak harapan bahan itu akan dipahami dan
diingat. Setelah anak mencapai tingkat perkambangan tertentu, maka mereka dapat
mempelajari disiplin ilmu itu sebagai mata pelajaran. Organisasi bahan serupa
ini disebut pisikologis, karena
memperhitungkan minat dan tingkat perkwmbangan jiwa anak. Perlu dikemukakan,
bahwa organisasi yang psikologis tidak dengan sendirinya bersipat tak-logis.
Yang dijadikan bahan kurikulum bukan yang isi disiplin ilmu berupa
pengetahuan, melainkan juga prosesnya. Anak-anak
harus dengan sengaja diajarkan proses berpikir kritis, proses penemuan, proses
pemecahan masalah, dan sebagainya. Aspek proses ini masih kurang mendapat
perhatian.
Bahan pelajaran yang dituangkan dalam sejumlah basar mata pelajaran
demikian bnayaknya sehingga tak mungkin seorang dapat mempelajari
keseluruhannya selama hidupnya. Ada mata pelajaran yang dianggapa perlu
dipelajari oleh semua warganaegara seperti mambaca, menulis dan berhitung, yang
sudah dapat dilakukan pada tingkat SD. Selanjutnya masih ada mata pelajaran
yang diwajibkan bagi semua siswa seperti bahasa nasional, pendidikan
kewarganegaraan, sejarah nasional, dan lain-lain. Mata pelajaran ini termasuk
mata pendidikan umum. Tujuanya ialah
agar semua warga anegara mempunyai dasar pemikiran yang sama untuk menjamin
keutuhan negara.
Pengetahuan umum juga diartikan sebagai pendidikan yang luas, yang
memberitahukan pengetahuan yang banyak tentang segala macam hal, sehingga ia
dapat berkomunikasi dengan manusia dimana saja di dunia, dapat bertukar pikiran.
Menyusun kurikulum untuk pendidikan umum serupa ini jauh lebih sulit karena
sukarnya mangadakan pilihan dari bahan yang terhingga banyaknya.
Selain pendidikan yang bersifat umum kurikulum juga menyediakan
pelajaran yang membarikan pendidikan
khusus yang tidak diharuskan semua pelajar akan tetapi hanya diikuti siswa
yang memilihnya. Pendidikan khusus ini dapat misalnya mengenai pendidikan
kejujuran atau vokasional, dapat pula memberikan pendalaman dalam bidang studi
tertentu.
Dalam menyusun kurikulum
harus pula dipertimbnagkan soal luas dan kedalaman bahan mata pelajaran.
Biasanya makin luas bahan pelajaran makin mendalam pengetahuan yang diperoleh
dalam jangka waktu yang sama.
B.
Kritiria Menentukan Bahan Pelajaran
Ada sejumlah kriteria yang
digunakan untuk memilih bahan pelajaran. Kesulitannya ialah bahwa setiap
kriterium mempunyai kelemannya. Kriteria itu ialah:
1.
Bahan pelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai. Setiap penyusunan kurikulum dimulai dengan merumuskan tujuan , yang
umum sampai yang khusus.
2.
Bahan pelajaran dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan
generasi yang lampau. Salah satu fungsi pendidikan ialah menyampaikan
kebudayaan bangsa bagi generasi muda. Banyak diantaranya yang sangat bernilai.
3.
Bahan pelajaran dipilih karena berguna untuk menguasai suatu
disiplin. Penguasaan disiplin diperlukan sebagai prasyarat untuk melanjutkan pelajaran
sampai perguruan tinggi.
4.
Bahan pelajaran dipilih karena dianggap berharga bagi manusia dalm
hidupnya.
5.
Bahan pelajaran dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat
anak.
Prosedur
penentuan bahan pelajaran.
1.
Prosedur menerima otoritas para
ahli.
Bahan pelajaran
ditentukan bardasarkan pendapat seseorang atau kelompok , yang dianggap
mempunyai otoritas kemampuan dan keahlian.
2.
Prosedur eksperimental.
Bahan pelajaran
dapat ditentukan secara eksperimental dengan mengadakan
penelitian hingga manakah bahan itu memang serasi untuk mencapai sasarannya.
3.
Prosedur ilmiah atau analisis.
Bahan pelajaran
dapat ditentukan dengan menganalisis situasi dimana bahan pelajaran itu
diperlukan.
4.
Prosedur konsensus.
Cara keempat
ialah memperoleh konsensus dengan meminta pendapat orang-orang yang dianggap
berwewenang, antara lain ahli-ahli dalam bidang studi tertentu, tokoh-tokoh
masyarakat, perusahaan dan sebagainya.
5.
Prosedur-prosedur lainya.
Prosedur-
prosedur lainya yakni:
a.
Social functions procedure
b.
Persistent life situasion procedure
c.
Adolescen needs or problems
procedure
(a)
Prosedur fungsi-fungsi sosial.
Seperi telah dibicarakan sebelumnya dengan " social functions”
atau “ major areas of living”: dimaksud pusat-pusat kegiatan manusia dalam
masyarakat. Dengan mempelajari pusat-pusat kegiatan manusia ini anak-anak
diharapkan mengenal kehidupan dan masalah-masalah masyarakat dewasa ini.
Fungsi-fungsi sosial itu seperti: perlindungan dan pengawetan hidup, milik, dan
sumber alam, produksi, konsumsi, komonikasi dan transpor, dan sebagainaya
adalah pokok-pokok sebagai pegangan untuk menentukan kegiatan belajar.
Pokok-pokok ini sangat umum dan masih perlu diuraikan lebih lanjut oleh para
pendidik secara lokal, agar pelajaran itu sesuai dengan keadaan setempat.
Program ini fleksibel dan mungkin sekali mengalami perubahan dari tahun ke
tahun apalagi karena dalam pelaksanaannya diadakan perencanaan bersama dengan
murid seperti lazimnya dilakukan dalam pelajaran broad unit.
(b)
Prosedur “ pesisten lif situastion”.
Prosedur ini memperhatikan kebutuhan, masalah, dan minat anak dan
pemuda menurut taraf perkembangan dalam dunia yang kompleks dan dinamis ini.
Masalah-masalah pokok yang di hadapi itu “persisten” yakni senantiasa pada
hakikatnya sama, dulu, sekarang maupun di masa mendatang di mana saja didunia
ini, akan tetapi situasinya berbeda-beda dan berubah-ubah. Dengan mengikuti kurikulum ini murid-muris
dipersiapkan untuk menghadapi masalah-masalah itu dalam hidupnya di masyarakat.
Stratemeyer cs menganalisis situasi-situasi sejauh
munglin, namun para pendidik masih harus megadakan perencanaan yang lebih
terperinci dan kongkrit untuk dilaksanakan dalam kelas. Tentu saja kurikulum
serupa ini fleksibel dan bahan pelajaran harus disesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di dunia maupun setempat. Jadi cara menentukan
scope atau ruang lingkup pelajaran banyal persamaanya dengan prosedur
fungsi-fungsi social. Seperti halnya dengan kurikulum fungsi-fungsi social
kurikulum inipun dapat memanfaatkan bahan dari berbagai disiplin atau mata
pelajaran, sejauh bahan itu diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Ada kemungkinan pengetahuan murid tentang berbagai subyek atau matapelajaran
bahkan lebih luas lagi daripada yang diperoleh melalui kurikulum yang subyek
centered hanya tidak dalam susunan logis sistematis yang lazim.
(c)
Prosedur kebutuhan atau masalah
pemuda
Prosedur ini bertitik tolak dari kebutuhan pemuda dan masalah-masalah
yang mereka hadapi. Oleh sebab kebutuhan atau masalah itu selalu timbul dalam lingkungan
masyarakat tempat mereka hidup maka dengan sendirinya msalah-masalah masyarakat
juga mendapat perhatian.
Prosedur ini juga diterapkan dalan “the
Eight Year Study” (1932-40) yang mengadakan percobaan dengan kurikulum ini di
30 sekolah menengah di Amerika Serikat. Waktu itu ide ini sangat progresif.
Percobaan ini merupakan suatu sukses, akan tetapi karena pecahnaya perang dunia
II hasilnya tudak mendapat sambutan selayaknya.
Untuk menentukan bahan pelajaran diselidiki
buku-buku psikologi, diadakan questionnaires, cheklis, observasi dan
sebagainya. Ross Money mengumpulkan 123 msalah pemuda yang di
golongkannya dalam 11 bidang, yakni: (1) kesehatan dan perkembangan jasmani,
(2) keuangan, kondisi hidup dan pekerjaan, (3) Kegiatan social dan rekreasi,
(4) Berpacaran, seks dan perkawinan, (5) Hubungan social- peikologis (6)
hubungan pribadi-psikologis, (7) Moral dan agama, (8) Rumah tangga dan
keluarga, (9) Masa depan: pekerjaan dan pendidikan, (10) penyesuaian dengan
pelajaran seolah, (11) kurikulum dan pengajaran.
Disamping klasifikasi Ross Mooney ini ada
lagi cara penggolongan lain. Ini bergantung pada bahan yang diterima dari
irang-orang yang diminta pendapatnya dan cara menggolongkannya.
Setiap bidang dapat lagi diuraikan lebih
lanjut. Dan seperti halnya dengan prosedur fungsi-fungsi social dan “persistent
life situation” guru-guru setempat harus lagi merencanakan bersama, sering dengan murid, juga dengan oeang tua,
untuk menyesuaikan kurikulum itu dengan kebutuhan dan msalaj pemuda di sekolah
itu. Perubahan senantiasa ada dari tahun ketahun seperti halnya dengan
kurikulum yang fleksibel laiannya yang berusaha menyesuaikannya dengan tuntutan
murid dan mayarakat.
Untuk membantu guru-guru dalam perencanaan
broad unit maka dapat disusun suatu, resource unit. Resource unit ini
merupakan suatu sumber yang dapat membantu guru untuk merencanakan,
mengembangkan, dan menilai suatu unit. Resource unit menguraikan secara
keprehensif dan sistematif tujuan, ruang lingkup bahan pelajaran berupa
konsep-konsep, pokok-pokok, masalah-masalah, dan sebagainya, berbagai-bagai
saran tentang kegiatan-kegiatan mengajar-belajar, daftar buku, dan alat-alat
pebgajaran serta cara-cara mengevaluasi unit itu.
C. Ruang Lingkup Pembinaan Kurikulum
Ruang lingkup pembinaan kurikulum di
lembaga pendidikan atau sekolah mencakup semua komponen kurikulum terutama yang
mempengaruhi anak didik. Adanya peran dan posisi yang berbeda antara kepala
sekolah dengan guru, maka ruang lingkup Pembinaan kurikulum dapat dibedakan
menjadi dua katagori, yakni pembinaan oleh kepala sekolah dan pembinaan oleh
guru.
Lingkup pembinaan oleh Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab
pelaksanaan kurikulum di sekolah yang di pimpinnya. Sehubungan dengan itu maka
peranan kepala sekolah tidak hanya berperan sebagai Pembina kurikulum. Lingkup
pembinaan yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah antara lain:
Tujuan
lembaga pendidikan/sekolah. Arah
pembinaan tujuan lembaga pendidikan telah ada dalam kurikulum (apa yang
seharusnya dicapai).
Pertama, adalah efektivitas dan efesien
proses belajar mengajar yang dilakukan guru.
Kedua, adalah efektivitas pelaksanaan
bimbingan penyuluhan.
Ketiga, adalah pelaksanaan adminitrasi
kelas oleh para guru.
Keempat, adalah pelaksanaan penilaian
antara lain penyusunaan soal-soal, jadwal ulangan, hasil yang dicapai anak
didik, remedial, pemeriksaan soal-soal ulangan, pengumuman hasil ulangan dan
lain-lain.
Penggunaan
sarana kurikuler. Sarana kurikuler
mencakup ssarana fisik, sasrana pengajaran, sarana ketenagaan.
Keberhasilan
pembinaan kurikulum.
Pada akhirnya kepala sekolah sebagai Pembina dan koordiator Pembina kurikulum
berkewajiban menilai keberhasilan penyusunan. Aspek pembinaan mencakup
penyusunan satuan pelajaran, pengadaan bahan-bahan pengajaran. Setrategi
belajar mengajar, penilain hasil belajar siswa, berdasarkan rambu-rambu yang
ada dalam kurikulum potensial.
Adminitrasi
guru. Disamping tugas
pokoknya sebagai pengajar, guru berkewajiban melaksanakan tugs-tugas
adminitrasi. Kegiatan adminitrasi guru terutama berkenaan dengan adminitrasi
pengajaran dan penilaian, adminitrasi kesiswaan. Tugas ini dilakukan guru
setiap hari ia mengajar.
Pembinaan
diri. Pembinaan diri artinya
upay-upaya yang dilakukan guru itu sendiri dalam rangka meningkatkan kualitas
tugas profesinya.
Lingkup pembinaan yang di kemukakan
diatas baik lingkup untuk kepala sekolah maupun untuk guru merupakan sebagian
saja dari aspek pelaksanaan kurikulum di sekolah. Masih banyak aspek lain dari
pelaksanaan kurikulum, namun yang paling langsung berpengaruh terhadap pribadi
siswa dalam rangka penyampaian tujuan pendidikan adalah lingkup yang di
kemukakan di atas. Hal ini disebabkan bahwa terjadinya kesenjangan antara
kurikulum potensial ndengan kurikulum aktual ada pada setrategi pelaksanaan
kurikulum itu sendiri. Sedangkan factor-faktor lainnya bersifat penunjang. Oleh
sebab itu upaya pembinaan akan berkisar pada lingkup pembinaan tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpula
Menentukan scope, yakni apa yang harus diajarkan merupakan suatu
masalah yang makin lama makin bertambah sulit. Sebabnya ialah:
- Bahan
pelajaran cepat bertambah luas karena eksplosi ilmu pengatahuan.
- Belum ada kreteria yang pasti tenyang bahan apa yang perlu
di ajarkan.
- Mata pelajaran yang tradisional tidak lagi memadai.
Kritiria Menentukan Bahan Pelajaran
- Bahan
pelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
- Bahan
pelajaran dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan generasi yang
lampau.
- Bahan
pelajaran dipilih karena berguna untuk menguasai suatu disiplin.
- Bahan
pelajaran dipilih karena dianggap berharga bagi manusia dalm hidupnya.
- Bahan
pelajaran dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
Prosedur Penentuan Bahan Pelajaran
1)
Prosedur menerima otoritas para ahli.
2)
Prosedur eksperimental.
3)
Prosedur ilmiah atau analisis
4)
Prosedur konsensus.
5)
Prosedur-prosedur lainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nasution, s. Asas-asas
Kurikulum. Bumi aksara, Jakarta: 2008
Dakir, H. Perencanaan dan
Pengembangan Kurikulum. PT. Rineka Cipta, Jakarta: 2004
Sudjana, Nana. Pembinaan dan
Pengembangan Kurikuluk disekolah. PT. Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2002
0 komentar: