KOmponen-Komponen dalam mengembangkan Kurikulum
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam
pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan
bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra
kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau
fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam.
Dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu
sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu
lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum
lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui
fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah yang ada dalam makalah ini antara lain:
1. Apa saja komponen kurikulum?
2.
Komponen seperti apa yang ada dalam
mengembangkan kurikulum?
C.
Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa (i) mampu menyebutkan komponen kurikulum
2.
Agar mahasiswa (i) mampu
menjelaskan komponen kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Dalam komponen kurikulum
ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a. tujuan yang
ingin dicapai, b. materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan, c. susunan
materi/pengalaman belajar dan d. evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan
tercapai (Tyler, 1949). Komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan
dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Pernyataan diatas
menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh komponen-komponen yang
menyatu menjadi suatu kesatuan system yang menjadikan saling keterkaitan antara
satu komponen dengan komponen lain dan tidak dapat dipisahkan, apabila salah
satu komponen terganggu atau tidak berkaitan maka system kurikulum pun akan
terganggu juga.
1.
Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum mengacu
kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, ditetapkan dalam UU No. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum menyediakan kesempatan yang
luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas umumnya. Secara makro tujuan pendidikan nasional
bertujuan membentuk organisasi pendidikan bersifat otonom sehingga mampu melaksanakan
inovasi untuk menuju lembaga yang beretika, menggunakan nalar, social yang
positif dan SDM yang tangguh. Secara mikro pendidikan nasional bertujuan
membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, selanjutnya
bertanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur.
Zais (1976), mengandaikan
tujuan sebagai target, makin dekat target itu maka makin mudah dibidik. Tujuan
yang dekat dan spesifik itu dengan mudah dapat dicapai guru waktu pelajaran
berlangsung, ini disebut tujuan intruksional. Jadi, tujuan umum menyangkut
hasil proses umum pendidikan seperti berbudi pekerti luhur. Tujuan umum
dijabarkan menjadi tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi
(sekolah). Tujuan instisusional dijabarkan menjadi tujuan bidang studi tertentu
yaitu tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler dijabarkan menjadi lebih spesifik lagi
yaitu tujuan instruksional. Sebelum memahami istilah tujuan ada dua istilah
utama yang harus di pahami yaitu “Goals” dan “Objectives”. Goals cenderung
lebih menekankan pada tujuan yang bersifat umum dan belum bisa diukur dalam
asfek perubahan perilaku peserta didik. Objectives cenderung mengarah pada
pemahaman mengenai tujuan yang sudah dapat diukur dalam aspek perubahan
perilaku peserta didik.
Hirarki tujuan pendidikan dan pembelajaran
a.
Tujuan Pendidikan Nasional
b.
Tujuan Institusional
c.
Tujuan Kurikuler
d.
Tujuan Pembelajaran Umum
e.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Tujuan-tujuan Pendidikan Menurut
Bloom, dengan bukunya Taxonomy of Educational Objectives terbitan 1965, bentuk
perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam 3
domain, yaitu:
1)
Domain Kognitf; Kognitif
adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual seperti
mengingat dan memecahkan masalah. Domain kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan
yaitu; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisa, sintesis dan evaluasi.
2)
Domain Afektif; Afektif
berkenaan dengan sikaf, nilai-nilai dan afresiasi. Domain ini memiliki
tingkatan, yaitu; penerimaan, merespon, menghargai, mengorganisasi dan
karakterisasi nilai.
3)
Domain Psikomotor; Psikomotor
adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill
seseorang. Dan tingkatannya yaitu ; persepsi (perception), kesiapan, meniru
(imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption) dan menciptakan
(organization).
2.
Komponen Materi
Materi kurikulum pada
hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a)
Materi kurikulum berupa bahan
pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat
dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
b)
Mengacu pada pencapaian tujuan
setiap satuan pelajaran.
c)
Diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua
kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan
pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi :
1)
Logika, yaitu pengetahuan tentang
benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.
2)
Etika, yaitu pengetahuan tentang
baik buruk, nilai dan moral.
3)
Estetika, pengetahuan tentang
indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Pengembangan materi kurikulum harus
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a)
Mengandung bahan kajian yang dapat
dipelajari siswa dalam pembelajaran.
b)
Berorientasi pada tujuan, sesuai
dengan hirarki tujuan pendidikan.
c)
Materi kurikulum mengandung asfek
tertentu sesuai dengan tingkat tujuan kurikulum, yang meliputi : 1. Teori, 2. Konsep, 3. Generalisasi, 4.
Prinsip, 5. Prosedur, 6. Fakta, 7. Istilah, 8. Contoh atau ilusterasi, 9.
Definisi, 10. Preposisi.
Hilda Taba (1962:267), kriteria untuk
memilih isi materi kurikulum yaitu :
a.
Materi harus sahih dan signifikan,
artinya menggambarkan pengetahuan mutakir.
b.
Relevan dengan kenyataan social
dan kultur agar anak lebih memahaminya.
c.
Materi harus seimbang antara
keluasan dan kedalaman.
d.
Materi harus mencakup berbagai
ragam tujuan.
e.
Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman
peserta didik.
f.
Materi harus sesuai kebutuhan dan
minat peserta didik.
Banyak kegagalan dalam komponen ini karena
guru tidak bisa memberikan pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk
mewujudkan pengalaman peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan
materi pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar. Menurut Taba (1062),
kegiatan belajar menimbulkan pengalaman belajar (Taba, 1962).
3.
Komponen Metode
Metode adalah cara yang
digunakan untuk menyampaikan materi ajar dalam mencapai tujuan kurikulum.
Metode lebih menekankan pada kegiatan guru dan disebut dengan istilah lain
strategi pembelajaran.
Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu. T. Rakajoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan dosen-mahasiswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mecapai tujuan yang telah ditentukan.
Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu. T. Rakajoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan dosen-mahasiswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mecapai tujuan yang telah ditentukan.
Perlu diperhatikan;
Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk pemanfaatan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam
pembeajaran. Kedua, strategi disusun untuk tujuan tertentu. Jadi metode adalah
upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Maka itu satu strategi
dapat digunakan beberapa metode.
Metode pmbelajaran
mempunyai fungsi penting dalam kurikulum. Karena itu penyusunannya harus
berdasarkan analisis tugas yang mengacu pada tujuan kurikulumdan berdasarkan
perilaku awal siswa (entry behavior).
Dalam kajian ini ada 3
alternatif pendekatan yang dapat digunakan yaitu :
1.
Pendekatan yang berpusat pada
mata pelajaran (subject oriented).
2.
Pendekatan yang berpusat siswa
(student oriented).
3.
Pendekatan yang berorientasi
pada kehidupan masyarakat (social oriented).
Landasan dalam tolak ukur
untuk pemakaian jenis metode yaitu bahwa “ tidak ada metode satupun yang dapat
dikatakan lebih baik, namun metode pembelajaran hendaknya bersipat multi
metode”. Untuk memilih metode perlu pendekatan sebagai pedoman, ada beberapa pendekatan
yaiti; Pendekatan Heuristik, adalah pendekatan yang sifatnya menyampaikan
informasi termasuk metode ceramah dan sejenisnya. Pendekatan Ekspositorik,
yaitu pendekatan yang sifatnya praktek, termasuk percobaan, observasi, discovery
inquiri dan sejenisnya.
Rowntree (1974), strategi
pembelajaran dibagi atas Strategi Exposition dan Discovery Learning; serta
strategi Groups dan individual learning. Dalam exposition, bahan ajar sudah
dikemas sedemikian rupa sehingga mahasiswa tinggal menguasai saja dan metode
yang banyak digunakan adalam ceramah. Dalam discovery learning, bahan ajar
tidak dikemas dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi mahasiawa harus kreativ
secara penuh, mencari dan mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisa,
dan sebagainya maka itu metode yang sering dipakai adalah metode pemecahan
masalah.
4.
Komponen Organisasi
Kurikulum
Komponen organiasi
berkaitan dengan bagaimana materi disusun (diorganisasikan) sehingga peserta
didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
Organisasi materi dan pengalaman
belajar memiliki dua dimensi : horizontal dan vertikal. Organisasi horizontal
menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan dari keseluruhan materi. Organisasi
horizontal merupakan kaitan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lain
pada kelas yang sama. Organisasi vertikal mencakup urutan dan kesinambungan
materi pelajaran berupa hubungan longitudinal/pengalaman belajar peserta didik.
Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu:
Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu:
a.
Mata pelajaran terpisah-pisah
(isolated subject).
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata
pelajaran yang terpisah-pisah sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata
pelajaran lain. Diberikan waktu tertentu tanpa melihat perbedaan siswa semua dipandang
sama.
b.
Mata pelajaran berkorelasi
(correlated).
Korelasi berpungsi untuk mengurangi
kelemahan kelemahan akibat pemisahan mata pelajaran.
c.
Bidang studi (broad field).
Organisasi kurikulum berupa pengumpulan
beberapa mata pelajaran dan mengkorelasikan beberapa mata pelajaran dan sejenis
yang memiliki ciri-ciri yang sama dan difungsikan disatu bidang mata pelajaran.
d.
Program yang berpusat pada anak
(child centered).
Program yang menitikberatkan pada
kegiatan-kegiatan siswa, bukan pada mata pelajaran.
e.
Inti masalah (core programs).
Core program adalah program berupa
unit-unit masalah, dimana masalah diambil dari suatu mata ajar tertentu, disini
bermaksud untuk dapat memecahkan masalah.
f.
Eclectic program
Yaitu suatu program mencari
keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata ajar dan
peserta didik.
Ada 5 kriteria organisasi materi pelajaran /
pengalaman belajat yaitu :
1)
Kriteria ruang lingkup, mencakup
materi dan pengalaman belajar. Menyangkut jawaban atas pertanyaan : “materi dan
pengalaman belajar apa yang harus diajarkan? Berapa jauh ruang lingkup dan
organisasi materi itu harus ditetapkan untuk mencapai tujuan?”
2)
Kriteria integrasi menyangkut mata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain yang terkait. Bertujuan
untuk membantu peserta didik melihat kesatuan yang ada antara semua materi
pelajaran yang terkait.
3)
Kriteria urutan menyangkut usaha
untuk menghasilkan belajar kumulatif dan berkelanjutan secara vertikal.
4)
Kriteria kontinuitas, menyangkut
hubungan vertikal materi/kegiatan belajar. Umpama untuk mengembangkan kemampuan
menulis, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan terus-menerus
dan berulang-ulang.
5)
Kriteria keseimbangan,
memperhatikan agar ada tekanan yang seimbang pada semua asfek yang ada.
Keseimbangan dicapai kalau semua peserta didik berkesempatan memahami materi,
baik pada asfek personal, sosial maupun intelektual.
5.
Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan
komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum
evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan
strategi yang ditetapkan.
Evaluasi merupakan salah
satu komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat
tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses
pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan
kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang
diperlukan.
Aspek yang dinilai bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Jenis-jenis penilaian meliputi :
Aspek yang dinilai bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Jenis-jenis penilaian meliputi :
1)
Penilaian awal pembelajaran
2)
Penilaian proses pembelajaran
3)
Penilaian akhir pembelajaran.
Persyaratan suatu instrument penilaian
adalah aspek validitas, realiabilitas, obyektivitas, kepraktisan dan pembedaan.
Penilaian harus bernilai objektif, dilakukan berdasarkan tanggung jawab
kelompok guru, rencana terkait dengan pelaksanaan kurikulum sesuai tujuan dan
materi kurikulum dengan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta
memberikan hasil yang akurat. Dalam evaluasi dapat dukelompokan kedalam dua
jenis yaitu:
1.
Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam asfek kognitif. Tes memiliki dua kriteria yaitu tes
memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Kedua
memiliki tingkat reliabilitas/kendalan jika tes tersebut bisa menghasilkan
informasi yang konsisten.
Tes berdasarkan jumlah
peserta dibedakan jadi tes kelompok yaitu dilakukan terhadap sejumlah siswa
secara bersama-sama dan tes individu adalah tes yang dilakukan kepada seorang
individu secara perorangan.
Tes dilihat dari cara
penyusunannya yaitu tes buatan guru yaitu untuk menghasilkan informasi yang
dibutuhkan oleh guru bersangkutan dan tes standar adalah tes yang digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa dan memprediksi kemampuan siswa pada masa yang
akan datang.
Tes dilihat dari pelaksanaannya
dibedakan menjadi tes tertulis adalah dengan cara siswa menjawab sejumlah soal
secara tertulis dan tes lisan adalah tes yang dilakukan langsung komunikasi
dengan siswa secara verbal.
2.
Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang
biasanya digunakan untuk asfek tingkah laku termasuk sikap, minat dan motivasi.
Beberapa jenis non tes yaitu :
a.
Observasi
Observasi adalah penilaian dengan cara
mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Observasi dibedakan jadi
observasi partisipatif yaitu dimana observer ikut kedalam objek yang sedang dia
observasi. Observasi non partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan
cara observer murni sebagai pengamat.
b.
Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung
antara pewawancara dan yang diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yaitu
wawancara langsung apabila pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang
akan dievaluasi. Wawancara tidak langsung apabila pewawancara mengumpulkan data
subjek melalui pelantara.
c.
Studi kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk
mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus.
d.
Skala Penilaian
Skala penilaian/rating acale adalah
salah satu alat penilaian dengan mengunakan alat yang telah disusun dari yang
negatif sampai positif, sehingga pada skala tersebut penilai tunggal membubuhi
tanda.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kurilulum terdiri dari
komponen-komponen yang membentuknya, dan antara komponen yang satu dengan yang
lain saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Komponen kurikulum terdiri dari ; komponen tujuan, kompnen materi, komponen
metode, komponen organisasi dan komponen evaluasi. Sebagai mana tiap komponen
memiliki peran-peran yang sangat menentukan agar tercipta kurikulum yang baik
dan benar.
Dari kesemua komponen
yang ada pada dasarnya semuanya berfungsi, berperan atau bertujuan ingin
mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Kurikulum mengacu kearah pencapaian
pendidikan nasional. Sesuai dengan UU No. 2 tahun 1989 tentang pendidikan
nasional,” Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk
mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
umumnya”.
B.
Saran
Dalam kesempatan ini kami
berusaha memahami, kurikulum adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dan kami sarankan alangkah baiknya kalau kurikulum ini dipahami oleh semua
orang yang berkiprah dalam dunia pendidikan khususnya golongan pendidik dari
tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, dengan cara apapun mereka
memahaminya agar pendidikan di linkungan kita bisa berjalan lebih baik dan
optimal.
Pahami, gunakan dan
laksanakan sarana pendidkan untuk menghasilkan pembelajaran yang diharapkan
agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai, tingkatkan pengetahuan akademik
dan keterampilan dengan cara belajar belajar dan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa. 2002. “Kurikulum Berbasis Kompetensi”.
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Didi, Sukiyudi,dkk. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung : UPI Press
Ansyar, Mohd & H. Nurtain. 1991. Pengembangan dan
Inovasi Kurikulum. Jakarta : DEPDIKBUD
DIKTI
Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Tim Pengembang
MKDK Kurikulum & Pembelajaran. 2002.
Kurikulum Pembelajaran. Bandung
0 komentar: