Macam-macam model konsep kurikulum
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Empat
aliran pendidikan yaitu pendidikan klasik, pribadi, teknologi, dan
interaksionis. Empat aliran atau teori pendidikan tersebut memiliki model
konsep kurikulum dan praktik pendidikan yang berbeda. Model konsep kurikulum
dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis, pendidikan
pribadi disebut kurikulum humanistik, teknologi pendidikan disebut kurikulum
teknologis, dan dari pendidikan interaksionis disebut kurikulum rekostruksi
sosial.
Makalah berikut ini mengulas tentang gambaran dari
beberapa macam model konsep kurikulum tersebut. Oleh
karena itu, untuk dapat memahami pembahasan mengenai hal-hal seperti yang telah
dijelaskan di atas, maka sangat perlu uraian-uraian pada bab berikutnya disimak
dengan seksama.
B.
Perumusan
Masalah
Dalam
makalah ini akan memaparkan uraian mengenai “Macam-macam
Model Konsep Kurikulum”. Untuk lebih mudah dalam memahami isi makalah, maka perlulah
terlebih dahulu mengetahui rumusan masalah berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan kurikulum subjek
akademis beserta ciri-cirinya, pemilihan disiplin ilmu, dan penyesuaian mata
pelajaran dengan perkembangan anak?
2.
Apa yang dimaksud dengan kurikulum humanistik
beserta konsep dasarnya, kurikulum konfluen dan ciri-ciri, serta metodenya?
3.
Apa yang dimaksud dengan kurikulum rekonstruksi
sosial beserta desain, komponen, dan pelaksanaan pengajarannya?
4.
Apa yang dimaksud dengan kurikulum teknologis beserta
ciri-ciri dan pengembangannya?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan agar
mahasiswa (i) dapat mengetahui dan memahami:
1.
Kurikulum subjek akademis beserta ciri-cirinya,
pemilihan disiplin ilmu, dan penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan
anak?
2.
Kurikulum humanistik beserta konsep dasarnya,
kurikulum konfluen dan ciri-ciri, metode serta karakteristiknya?
3.
Kurikulum rekonstruksi sosial beserta desain,
komponen, dan pelaksanaan pengajarannya?
4.
Kurikulum teknologis beserta ciri-ciri dan
pengembangannya?
5.
Mempermudah
dalam mempelajari hal-hal apa saja yang berkaitan dengan pembahasan tersebut.
Makalah ini juga disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Ibu Dra. Salamah, M. Pd pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis adalah model konsep
kurikulum tertua dan masih sering dipakai sampai saat ini, karena kurikulum ini
cukup praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum
subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme)
yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Pada kurikulum ini, orang yang berhasil dalam belajar adalah orang
yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau
disiapkan oleh guru.
Isi pendidikan disesuaikan dengan displin ilmu.
Para pengembang kurikulum tidak perlu menyusun dan mengembangkan bahan sendiri,
melainkan cukup mengorgansisasi secara sistematis mengenai isi materi yang
dikembangkan para ahli disiplin ilmu, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap
perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Kurikulum ini sangat mengutamakan
pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual.
Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya
menekankan pada materi yang disampaikan, dalam secara berangsur memperhatikan
proses belajar yang dilakukan siswa. Salah satu contoh kurikulum yang
berdasarkan atas struktur pengetahuan adalah Man: A Course of Study (MACOS).
MACOS adalah kurikulum untuk sekolah dasar, terdiri atas buku-buku, film,
poster, rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya. Kurikulum ini
ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu sosial dan
humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan Brunner. Sasaran utama kurikulum
MACOS adalah perkembangan kemampuan intelektual, yaitu membangkitkan
penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dan memberikan serangkaian
cara kerja yang memungkinkan anak walaupun dengan cara sederhana mampu
menganalisis kehidupan sosial.
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum
subjek akademis, yaitu:
1.
Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan.
Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan
menguji fakta, serta bukan sekedar mengingatnya.
2.
Studi yang bersifat integratif
Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan
atas fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang
ada. Maka, dikembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi (integrated
curriculum). Ada beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan:
a.
Menentukan tema-tema yang membentuk satu
kesatuan (unifying theme).
b.
Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa
disiplin ilmu.
c.
Menyatukan berbagai cara/metode belajar.
3. Pendekatan
yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Ciri-ciri kurikulum subjek akademis yaitu sebagai
berikut:
a.
Bertujuan untuk pemberian ide pengetahuan yang
solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
b.
Metode yang paling sering digunakan adalah
metode ekspositori dan inkuiri.
c.
Materi atau ide-ide diberikan oleh guru yang
kemudian dielaborasi oleh siswa sampai terkuasai, dengan proses sebagai
berikut: konsep utama disusun secara sistematis, kemudian dikaji, selanjutnya
dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara
pemecahannya.
Pola-pola organisasi isi (materi pelajaran)
kurikulum subjek akademis diantaranya sebagai berikut:
1.
Correlated curriculum adalah pola
organisasi materi atau konsep suatu pelajaran yang dikorelasikan dengan
pelajaran lainnya.
2.
Unifyied atau Concentrated curriculum
adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran
tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran displin ilmu.
3.
Integrated curriculum yaitu sama
halnya dengan unifyied curriculum, namun yag membedakan pada integrated
curriculum tidak nampak lagi displin ilmunya. Bahan ajar diintegrasikan dalam
suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupa tertentu.
4.
Problem solving curriculum adalah pola
organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam
kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yag diperoleh dari
berbagai displin ilmu.
Ada beberapa
saran untuk mengatasi masalah dalam memilih disiplin ilmu, yaitu:
a.
Mengusahakan adanya penugasan yang menyeluruh
(comprehensiveness) dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran
atau mendapatkan pengetahuan.
b.
Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social
utility), memilih dan menentukan aspek-aspek dari disiplin ilmu yang sangat
diperlukan dalam kehidupan masyarakat.
c.
Menekankan pengetahuan dasar yaitu pengetahuan-pengetahuan
yang menjadi dasar bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam
melihat karakteristik pada perkembangan anak, maka perlu dilakukan
penyempurnaan. Pertama, untuk mengimbangi penekanannya pada proses
berfikir, coba awali mereka dengan mendorong penggunaan intuisi dan
tebakan-tebakan. Kedua, adanya upaya-upaya untuk menyesuaikan pelajaran
dengan perbedaan individu dan kebutuhan masyarakat setempat. Ketiga, pemanfaatan
fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.
Untuk evaluasi, kurikulum subjek akademis
menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi, namun lebih banyak digunakan
bentuk uraian (essay) dari pada tes objektif.
B. Kurikulum Humanistik
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran
pendidikan pribadi (persoznalized educationi) yaitu John Dewey dan J.J.
Rousseau. Konsep ini lebih mengutamakan siswa yang merupakan subjek yang
menjadi pusat utama kegiatan pendidikan. Selain itu, pendidik humanis lebih
juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa seorang anak merupakan satu kesatuan
yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan
saja dari segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif
(emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain). Ada tiga aliran yang
termasuk dalam pendidikan humanistik, yaitu:
1.
Pendidikan Konfluen, menekankan keutuhan
pribadi, individu harus merespons secara utuh (baik segi pikiran, perasaan,
maupun tindakan), terhadap kesaruan yang menyeluruh dari lingkungan.
2.
Kritikisme Radikal, pendidikan sebagai
upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi
yang dimilikinya.
3.
Mistikisme Modern, yaitu aliran yang
menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti,
melalui sensitivity training, yoga, meditasi, dan sebagainya.
Kurikulum
konfluen memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut:
a.
Partispasi, kurikulum ini
menekankan partisipasi murid dalam belajar.
b.
Integrasi, adanya
interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan dan juga
tindakan.
c.
Relevasi, adanya
kerelevanan is kurikulum antara kebutuhan, minat dan kehidupan murid.
d.
Pribadi, anak, memberikan
tempat utama pada pribadi anak untuk berkembang dan beraktualisasi potensi
secara utuh.
e.
Tujuan, memiliki tujuan
mengembangka pribadi yang utuh.
Dalam memilih kegiatan belajar ada beberapa
cara yang dapat dilakukan, yaitu:
1)
Mengidentifikasi tema-tema atau topik-topik
yang mengandung makna
2)
Materi disajikan dalam bentuk yang belum
selesai, agar diharapkan muncul secara spontan dari prosedur kegiatan
pembelajaran.
Dalam evaluasi, kurikulum humanistik lebih
mengutamakan proses dari pada hasil, dan tidak memiliki kriteria pencapaian.
Sasaran kurikulum ini adalah perkembangan anak agar menjadi manusia yang lebih
terbuka dan lebih mandiri.
C. Kurikulum Rekonstruksi
Sosial
Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Pada kurikulum ini,
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan
kerja sama. Kerja sama dan interaksi yag terjadi bukan hanya antara guru dan
siswa, melainkan antara siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan serta siswa
dengan sumber belajar lainnya.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum
dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug melihat adanya kesenjangan antara
kurikulum dengan masyarakat. Rug menginginkan siswa dapat mengidentifikasi dan
memecahkan masalah-masalah sosial sehingga diharapkan dapat menciptakan
masyarakat baru yang lebih stabil.
Theodore Brameld, pada awal tahu 1950-an
menyampaikan gagasanya tentang rekonstruksi sosial. Untuk melaksanakan hal itu,
sekolah mempunyai kewajiban membantu individu mengembangkan kemampuan sosialnya
dan membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Ciri-ciri desain kurikulum rekonstruksi sosial
adalah sebagai berikut:
1.
Bertujuan utama menghadapkan para siswa pada
tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi
manusia dalam masyarakat.
2.
Kegiatan belajar dipusatkan pada
masalah-masalah sosial yang mendesak.
3.
Pola-pola organsasi kurikulum ini disusun
seperti sebuah roda, ditengah-tengahnya sebagai poros merupakan masalah yang
menjadi tema utama.
Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki
komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum lain tetapi isi da
bentuk-bentuknya berbeda. Komponen-komponen kurikulum rekonstruksi sosial
adalah sebagai berikut:
a.
Tujuan dan isi kurikulum
Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.
b.
Metode
Bagi rekonstruksi sosial, belajar merupakan
kegiatan bersama, ada kebergantungan antara seorang dengan lainnya, tidak ada
kompetisi, yag ada adalah kerjasama, pengertian dan konsensus.
c.
Evaluasi
Siswa dilibatkan dalam memilih, menyusun, dan
menilai bahan yang akan diujikan.
Untuk pelaksanaan pengajaran rekonsruksi
sosial, Harold G. Shane menyarankan para pengembang kurikulum agar mempelajari
kecenderungan (trends) perkembangan. Kecenderungan utama adalah perkembangan
teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap kondisi dan perkembangan
masyarakat. Kecenderungan lain adalah perkembangan ekonomi, politik, sosial,
dan budaya.
D. Kurikulum Teknologis
Perkembangan teknologi pada abad ini sangatlah
pesat. Perkembangan teknologi tersebut mempengaruhi semua bidang, termasuk
bidang pendidikan. Sejak dulu pendidikan telah menggunakan teknologi, seperti
papan tulis, kapur, dan lain-lain. Namun, sekarang seiring dengan kemajuan
teknologi banyak alat (tool) seperti audio,video, overhead projector,
film slide, dan motion film, serta banyak alat-alat lainnya.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan
khususnya kurikulum dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
1.
Perangkat lunak (software) atau disebut
juga teknologi sistem (system technology). Pada bentuk ini, lebih
menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis yang menunjang efisiensi dan
efektivitas pendidikan.
2.
Perangkat keras (hardware) atau sering
disebut juga teknologi alat (tools technology). Pada bentuk ini, lebih
menekankan kepada penyusuna program pengajaran atau rencana pelajaran dengan
menggunakan pendekatan sistem.
Ciri-ciri kurikulum yang dikembangkan dari
konsep teknologis pendidikan (kurikulum teknologis), yaitu:
a.
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi,
yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu
kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau
tujuan instruksional.
b.
Metode yang digunakan biasanya bersifat
individual, kemudian pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan
secara kelompok. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1)
Penegasan tujuan kepada siswa.
2)
Pelaksanaan pengajaran
3)
Pengetahuan tentang hasil
4)
Organisasi bahan ajar
5)
Evaluasi
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang
pada beberapa kriteria, yaitu:
a)
Prosedur pengembagan kurikulum dinilai dan
disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain.
b)
Hasil pengembangan terutama yang berbentuk
model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang
sama.
Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah
penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media
pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program
pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.
Dalam pengembangan kurikulum teknologis
kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media elektronik serta
media cetak. Pengembangan pengajaran yang betul-betul berstruktur dan bersatu
dengan alat dan media membutuhkan biaya yang tidak sedikit.Ini merupakan
hambatan utama dalam pengembangan kurikulum teknologis.
Kurikulum rekonstruksi sosial lebih memusatkan
perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Pada
kurikulum ini, pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama,
interaksi, dan kerja sama. Kerja sama dan interaksi yag terjadi bukan hanya
antara guru dan siswa, melainkan antara siswa dengan siswa, siswa dengan
lingkungan serta siswa dengan sumber belajar lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum subjek akademis adalah model konsep
kurikulum tertua dan masih sering dipakai sampai saat ini, karena kurikulum ini
cukup praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum
subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih
mengutamakan isi pendidikan. Pada kurikulum ini, orang yang berhasil dalam
belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan
yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Konsep humanistik lebih mengutamakan siswa yang
merupakan subjek yang menjadi pusat utama kegiatan pendidikan. Selain itu,
pendidik humanis lebih juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa seorang anak
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina
manusia yang utuh bukan saja dari segi fisik dan intelektual tetapi juga segi
sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).
Perkembangan teknologi pada abad ini sangatlah
pesat. Perkembangan teknologi tersebut mempengaruhi semua bidang, termasuk
bidang pendidikan. Sejak dulu pendidikan telah menggunakan teknologi, seperti
papan tulis, kapur, dan lain-lain. Namun, sekarang seiring dengan kemajuan
teknologi banyak alat (tool) yang juga lebih canggih lagi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2001. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
·
Citra, Aulia Agustina. 2011. http://auliagustina.blogspot.com/2011/03/01/macam-macam-model-konsep-kurikulum.html. 02/04/2012.
0 komentar: