Makalah tentang SHOLAWAT




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Shalawat
Shalawat menurut bahasa : Ada dua makna:
1. Do'a dan mendo'akan agar diberkahi.
2. Ibadah
Sebagaimana firman Allah :

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (At-Taubah : 103)[1].

Shalawat menurut syar’i : Shalawat menurut syar’i sebagaimana para ulama memaknainya, diantaranya para mufasirin mereka menyebutkan shalawat adalah pujian kepada nabi nabi saw.

Makna shalawat kepada Nabi adalah sebagaimana firman Allah SWT. Berikut :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً



Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .” (al-Ahzab : 56)

Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat ini, bahwa Imam Bukhari meriwayatkan, Abu ‘Aliyah berkata : Shalawat Allah adalah pujian-Nya kepada Nabi di sisi Malaikat. Sedangkan shalawat para Malaikat adalah do’a[2].

Yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa Allah mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukkan seorang hamba dan Nabi-Nya di sisi-Nya di alam tinggi. Yaitu Allah memujinya di sisi para malaikat muqorrobiin, dan para malaikatpun bershalawat kepadanya. Kemudian Allah U memerintahkan penduduk alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan salam kepadanya, agar menyatu antara pujian yang di alam atas dan penghuni alam bawah seluruhnya[3].
“Dengan ayat ini Allah memuliakan Rasul-Nya baik semasa hidup maupun setelah beliau wafat, disebutkan pula kedudukan beliau; selain itu dengan ayat ini pula Allah membersihkan seluruh kesalahan diri dan keluarga beliau. Sehingga, makna shalawat Allah atas beliau adalah rahmat dan ridha-Nya, adapun shalawat dari malaikat adalah do’a dan istighfar, sedangakan shalawat dari umatnya adalah do’a dan menghormati serta mengagungkan perintahnya”, ungkap Imam al-Qurthuby dalam tafsirnya.

B.     Dalil Disyari’atkannya Bershalawat
Diantara hak Nabi  yang disyari’atkan Allah SWT. Atas umatnya adalah agar mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Alllah dan para malaikatNya telah bershalawat kepada beliau, dan Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan taslim (mengucapkan salam) kepada beliau.
Allah SWT. Berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيما

Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .” (al-Ahzab : 56)

Ibnu Abi Hatim, Abu Syaikh dan Ibnu Marduwaih telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa bani isroil berkata kepada Musa as  “Apakah Robbmu bershalawat kepadamu?” Maka Allah berseru kepada Musa, “Wahai Musa jika mereka bertanya kepadamu apakah Robbmu bershalawat kepadamu, maka katakanlah ya! Aku dan para malaikatKu bershalawat kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Ku”. Maka turunlah kepada Rasulullah ayat ini[4].
Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat ini, bahwa Imam Bukhari meriwayatkan, Abu ‘Aliyah berkata : Shalawat Allah adalah pujian-Nya kepada Nabi di sisi Malaikat. Sedangkan shalawat para Malaikat adalah do’a[5].

C.     Hadits Disyari’atkannya Bershalawat
Adapun diantara hadits-hadits yang mensyari’atkan perintah untuk bersholawat kepada Rosulullah saw adalah sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم : لا تجعلوا بيوتكم ولا تجعلوا قبري عيدا و صلوا عليّ فإنّ صلاتكم تبلغني حيث كنتم
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rosulullah SAW  bersabda: “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian kuburan, dan janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, bersholawatlah kepadaku karena sesungguhnya ucapan sholawat kalian akan sampai kepadaku dimanapun kalian berada.” [HR.Abu Daud no.2044 dengan sanad hasan]
Syaikh Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: Beliau rmengisyaratkan dalam hadits tersebut bahwa sholawat dan salam yang diucapkan oleh umatnya akan sampai kepadanya, baik dekat maupun jauh, oleh karena itu tidak perlu bagi kalian untuk menjadikannya (kuburan Rosulullah) sebagai tempat perayaan[6].
Diceritakan dari sebagian ulama’ bahwa diwajibkan bersholawat kepada Rosulullah SAW, sekali seumur hidup, sebagai sikap menjunjung tinggi perintah ayat. Kemudian dianjurkan dalam segala hal. Inilah pendapat yang didukung oleh Qodli Iyadl setelah menceritakan adanya ijma’ tentang kewajiban bersholawat kepada beliau secara global. Dia berkata, at-Thobari menceritakan bahwa kemungkinan ayat ini adalah anjuran dan dia mengklaim adanya ijma’ dalam masalah ini. Dia berkata: “Boleh jadi yang dimaksud adalah yang lebih dari satu kali dan yang wajib adalah yang satu kali tersebut, seperti syahadat kepada Nabi”. Sedangkan yang lebih, merupakan perkara yang dianjurkan dan disenangi di antara sunnah-sunnah islam dan syiar penganutnya. Namun pendapat ini tidak disetujui oleh Imam Ibnu Katsir sebagaimana yang beliau sebutkan dalam tafsirnya, beliau mengatakan: ”(Menurutku) ini adalah pendapat yang aneh karena adanya perintah yang berkenaan dengan kewajiban bersholawat kepada beliau di banyak waktu. Di antaranya ada yang wajib dan ada pula yang dianjurkan”[7]Wallahu A’lam

D.    Faedah dan Keutamaan Shalawat
Sungguh, setiap apa yang Allah  perintahkan sudah sangat pasti Allah  persiapkan pula pahala bagi siapa yang mengamalkannya. Adapun keutamaan dan faedah shalawat kepada Rasulullah SAW, diantaranya:
1.      Menjalankan perintah Allah.
Sebab, Allah Ta’ala telah berfirman :

إِنَّ اللّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيما
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (al-Ahzab : 56)
Oleh karenanya, orang-orang yang bershalawat kepada Nabi SAW, berarti telah mentaati perintah Allah SWT.

2.      Allah juga bershalawat kepada Rasulullah
3.      Para malaikat juga bershalawat kepada Rasulullah
4.      Mendapatkan sepuluh shalawat dari Allah untuk setiap kali satu shalawat kepada Rasulullah SAW.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
Artinya:
“Dari abu hurairah bahwasannya Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat  kepadannya  sepuluh kali.”  (HR. Muslim, no. 70, Abu Dawud no. 1532, Tirmidzi no. 487, an-Nasa-I no. 1295, Ahmad no. 9089, 9117, 10558, Ad-Darimi no. 2828 )

5.      Diangkat baginya sepuluh derajat, dan dihapus darinya sepuluh keburukan

أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ
Artinya:
“Abas bin malik berkata, telah bersabda Rasulullah saw, barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat kepadanya  sepuluh kali dan dihapus darinya sepuluh kesalahan, diangkat baginya sepuluh derajat.” (HR. an-Nasa-I)

6.      Ditulis baginya sepuluh kebaikan.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ: مَنْ صَلَّى عَلَي مُرَّةً وَاحِدَةً كَتَبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسنات
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw, bersabda : “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah menulis baginya sepuluh kebaikan.”  (HR. Ahmad )

7.      Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat Rasulullah saw.

عَنْ رُوَيْفِعِ بْنِ ثَابِتِ اَلْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ , قَالَ: مَنْ صَلَّى عَلَى
 مُحَمَّدٍ وَقَالَ اَللَّهُمَّ أَنْزِلْهُ الْمَقْعَدَ الْمُقَرَّبَ عِنْدَكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ
Artinya:
Dari Ruwaifi’ bin tsabit al-anshari bahwasannya Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang bershalawat kepada Muhammad dan berkata “Allahumma anzilhul maq’adal muqorrob ‘indaka yaumal qiyamah (ya Allah berilah dia kedudukan yang dekat denganmu di hari kiamat)” maka wajib baginya mendapatkan syafa’atku.”

8.      Shalawat merupakan sebab diampuninya dosa.
9.      Menjadikan seorang hamba dekat dengan beliau r pada hari kiamat.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِr قَالَ : أَوْلَى النَّاسِ بِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
Artinya:
Dari abdullah bin mas’ud, bahwasannya Rasulullah saw bersabda :“Manusia yang paling utama denganku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.”

10.  Shalawat merupakan sebab Allah akan memberikan seorang hamba apa yang dia inginkan.
11.  Menjadi sebab terpenuhinya segala kebutuhan.
12.  Shalawat menjadi sebab seseorang memperoleh  shalawat dari Allah dan para malaikat-Nya. [Al-ahzab : 43]

عَبْدُ اللهِ بْنِ عَمْرٍو يَقُوْلُ مَنْ صَلَّى عَلَى رَسُوْلِ اللهِ  صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَمَلَائِكَتُهُ سَبْعِيْنَ صَلَاةً فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ

Artinya:
“Abdullah bin ‘amru berkata, barangsiapa yang bershalawat kepada Rasulullah saw satu kali, niscaya Allah dan para malaikat-Nya akan bershalawat kepadanya tujuh puluh kali.”

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا صَلَّى عَلَيَّ فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ
Artinya:
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu shalawat, niscaya para malaikat akan bereshalawat kepadanya selama dia bershalawat kepadaku. Maka seorang hamba berbuat itu sedikit ataupun banyak.”
13.  Ia merupakan pensuci dan pembersih bagi orang yang bershalawat.
14.   Shalawat merupakan sebab kabar gembira seorang hamba dengan surga sebelum dia wafat.
15.  Menjadi sebab selamat dari malapetaka pada hari kiamat.
16.  Menjadi sebab baiknya sebuah majlis.
17.  Menjadi sebab seorang hamba ingat terhadap apa yang dia sedang lupa.
18.  Dengan bershalawat menjadikan sebab hilangnya kefaqiran.
19.  Menghilangkan sifat bakhil dalam diri seorang hamba.
20.  Merupakan pensukses do’a, dan menjadi hina jika ditinggalkan dalam do’a.
21.  Menempatkan pelakunya ke jalan surga, dan melemparkan orang yang meninggalkannya dari jalan surga.
22.  Menyelamatkan dari buruknya majlis yang tidak menyebut di dalamnya nama Allah.
23.  Menjadi sebab sempurnanya kalam yang dimulai dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Rasul-Nya.
24.  Menjadi penerang seorang hamba tatkala berada di atas shiroth.
25.  Mengeluarkan seorang hamba dari kerasnya hati.
26.  Menjadi sebab langgengnya pujian Allah terhadap orang yang bershalawat diantara para penghuni langit dan bumi.
27.  Menjadi sebab meraih rahmat Allah.
28.  Menjadikan sebab kekalnya cinta kepada Rasululllah r dan terus menambah cinta tersebut.




BAB III
PENUTUP
Kada bisa




DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Bin Abi Bakrin Ayub Az-Zur’I Abu Abdillah, Jalaul Afham Fi Fadhlis Sholati ‘Ala Muhammad Khoirul Anam (Jalaul Afham Ibnu Qoyyim), Kuwait, Darul ‘Urubah,. (Software Maktabah Syamilah)  juz : 1, hal : 155.
Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, 2006 M,  Jilid: VI, hal: 519.
Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, 2006 M, Jilid : VI, hal: 520.
Imam Abdurrahman Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Durul Mantsur Fit Tafsiril Ma’tsur, Beirut Lebanon, Daar Fikr, Thn terbit 1414 H/1993 M.  Juz VI hal 646
Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, cet III 1427 H/ 2006 M,  Jilid: VI, hal: 519
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh, Fathul Madjid Penjelasan Dari Kitab Tauhid, Pustaka Azzam, Cet IV Tahun 2003 M. hal: 479.
Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, cet III 1427 H/ 2006 M, Jilid : V, hal: 527.





[1] Muhammad Bin Abi Bakrin Ayub Az-Zur’I Abu Abdillah, Jalaul Afham Fi Fadhlis Sholati ‘Ala Muhammad Khoirul Anam (Jalaul Afham Ibnu Qoyyim), Kuwait, Darul ‘Urubah,. (Software Maktabah Syamilah)  juz : 1, hal : 155.
[2] Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, 2006 M,  Jilid: VI, hal: 519.
[3]  Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, 2006 M, Jilid : VI, hal: 520.
[4] Imam Abdurrahman Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Durul Mantsur Fit Tafsiril Ma’tsur, Beirut Lebanon, Daar Fikr, Thn terbit 1414 H/1993 M.  Juz VI hal 646.
[5] Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, cet III 1427 H/ 2006 M,  Jilid: VI, hal: 519
[6] Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh, Fathul Madjid Penjelasan Dari Kitab Tauhid, Pustaka Azzam, Cet IV Tahun 2003 M. hal: 479.
[7] Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, cet III 1427 H/ 2006 M, Jilid : V, hal: 527.


0 komentar: