KRITERIA UNTUK MEMILIH KEGIATAN BELAJAR BERDASARKAN KRITERIA PSIKOLOGIS
BAB II
PEMBAHASAN
KRITERIA UNTUK MEMILIH KEGIATAN BELAJAR BERDASARKAN KRITERIA PSIKOLOGIS
A. Pengertian belajar dan kegiatan belajarBelajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Kegiatan belajar di¬lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang¬kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
B. Pengertian psikologi dan perkembangan
1. Pengertian psikologi
Psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
2. Pengertian dan ciri-ciri perkembangan
Perkembangan adalah perubahan yang progresif dan kontinue dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati.
Setiap fase perkembangan memiliki ciri khas, prinsip ini bisa dijelaskan dengan contoh berikut :
(a) sampai usia 2 tahun, anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik & belajar berbicara
(b) pada usia 3-6 tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).
3. Teori Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan mengenai perkembangan, yaitu : pendekatan perkembangan kognitif, belajar atau lingkungan dan etologis, berikut penjelasannya :
1. Pendekatan perkembangan kognitif, kunci untuk memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman tentang bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya. Ada 3 model perkembangan kognitif :
a. Model dari Piaget, intelegensi bukan sesuatu yang dimiliki anak, tapi yang dilakukannya. Perkembangan kognitif (intelegensi) meliputi 4 tahap / periode dibawah ini :
Tabel perkembangan kognitif menurut Piaget
Periode Usia Deskripsi Perkembangan
Sensorimotor 0-2 tahun Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang lain/objek(benda), skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti : menggenggam/mengisap
Praoperasion 2-6 tahun Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu seperti kata-kata & bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa & kegiatan (tingkah laku yang tampak)
Operasi konkret 6-11 tahun Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah,mengurangi & mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.
Operasi formal 11 tahun –dewasa Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Disini, anak (remaja) sudah dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa hipotesis/ abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir untuk memecahkan masalah melalui penggunaan alternatif yang ada.
b. Model pemprosesan informasi, meliputi 3 hal:
1. Input: proses informasi dari lingkungan/ stimulasi (rangsangan) yang masuk kedalam reseptor-reseptor panca indera dalam bentuk penglihatan suara & rasa.
2. Proses: pekerjaan otak untuk mentransformasikan informasi/ stimulasi dalam cara yang beragam yang meliputi mengolah/menyusun informasi kedalam bentuk-bentuk simbolik,membandingkan dengan informasi sebelumnya, memasukkan ke dalam memori & menggunakannya bila diperlukan.
3. Output: yang berbentuk tingkah laku, seperti : berbicara, menulis, interaksi sosial dsb.
c. Model kognisi sosial, kebudayaan telah mengajari anak tentang apa yang dipikirkan & bagaimana cara berpikir. Lev Vygotsky meyakini bahwa perkembangan kognitif menghasilkan proses sosio instruksional yang karenanya anak belajar saling tukar pengalaman dalam memecahkan masalah dengan orang lain, seperti orang tua, guru, saudara & teman sebaya. Perkembangan merupakan proses internalisasi terhadap kebudayaan yang membentuk pengetahuan & alat adaptasi yang wahana utamanya melalui bahasa/ komunikasi verbal. Kognisi sosial = pengetahuan tentang lingkungan sosial dan hubungan interpersonal. Model ini menekankan tentang dampak/ pengaruh pengalaman sosial terhadap perkembangan kognitif. Tokoh dari perkembangan ini yaitu Lev Vygosky (1886-1934) ahli psikologi dari Rusia. Teori ini menekankan tentang kebudayaan sebagai faktor penentu bagi perkembangan individu. Diyakini, bahwa hanya manusia yang dapat menciptakan kebudayaan & setiap anak manusia berkembang dalam konteks kebudayaannya. Kebudayaan memberikan 2 kontribusi terhadap perkembangan intelektual anak : anak memperoleh banyak sisi pemahamannya & anak memperoleh banyak cara berpikir/ alat-alat adaptasi intelektual (bahasa)
2. Pendekatan belajar/lingkungan, teori-teori belajar/lingkungan berakar dari asumsi bahwa tingkah laku anak diperoleh melalui pengkondisian (conditioning) dan prinsip-prinsip belajar. Disini dibedakan antara tingkah laku yang dipelajari dengan yang temporer (tidak dapat diamati/ yang berdasarkan proses biologis) dalam hal ini Skinner membedakan “respondent behavior” dengan “operant behavior”.
a. Respondent behavior, merupakan respons yang didasarkan kepada refleks yang dikontrol stimulus. Respon ini terjadi ketika ada stimulus dan tidak terjadi apabila stimulus tidak ada. Dalam kehidupan manusia, tingkah laku responden terjadi selama masa anak yang termasuk didalamnya refleks, seperti: mengisap & menggenggam. Anak-anak juga orang dewasa biasa menampilkan tingkah laku responden yaitu dalam bentuk respon fisiologis (seperti bersin) dan respon emosional (seperti sedih & marah)
b. Operant behavior, yaitu tingkah laku sukarela yang dikontrol oleh dampak/konsekuennya. Pada umumnya dapat tingkah laku yang menyenangkan cenderung akan diulang kembali, sedangkan yang tidak menyenangkan cenderung ditinggalkan (tidak diulang kembali)
Ada 4 tipe cara pengkondisian dalam kegiatan belajar:
1. Habituasi, yaitu bentuk belajar sederhana yang melibatkan tingkah laku responden dan terjadi ketika respon refleks menghilang karena diperolehnya stimulus yang samasecara berulang. Seperti : jika kita bertepuk tangan di dekat bayi maka dia akan memperlihatkan respon kekagetannya/keterkejutannya dengan membalikkan seluruh badannya/menoleh. Apabila bertepuk tangan diulang-ulang dengan frekuensi yang relatif sama (sekitar 15 detik) sekali maka respons kekagetannya akan menghilang
2. Respondent conditioning (classical), merupakan salah satu bentuk belajar yang netral, melibatkan refleks dimana stimulus memperoleh kekuatan untuk mendapatkan respon reflektif
3. Operant conditioning, bentuk belajar dimana tingkah laku operan berubah karena dipengaruhi oleh dampak tingkah laku tersebut. Dampak yang membuat suatu respons terjadi kembali disebut “reinforcer” seperti :
(a) seorang anak meminjamkan boneka kepada temannya, karena dengan melakukan perbuatan tersebut ‘anak itu sering mendapatkan pinjaman serupa dari temannya
(b) anak menangis di toko swalayan karena kebiasaan menangisnya itu menyebabkan ibunya membelikan boneka/permen.
4. Discriminating learning, tipe belajar yang sangat erat dengan ‘operant conditioning’ kadang-kadang tingkah laku yang sama dari anak yang sama menghasilkan dampak yang berbeda, bergantung pada keadaan, seperti: kegiatan agresif (menyerang) mungkin akan mendapat pujian pada saat bermain sepak bola tetapi akan mendapat hukuman apabila dilakukan diruang kelas.
Teori lain dari pendekatan ini yaitu model belajar sosial, model ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran Albert Bandura yang lebih mengajukan peranan faktor-faktor kognitif dari pada analisis tingkah laku. Asumsi terpentingnya adalah bahwa belajar observasional terjadi ketika tingkah laku observer (anak) berubah sebagai hasil dari pandangannya terhadap tingkah laku seorang model (seperti orang tua, guru, saudara, teman, pahlawan, bintang film dll). Hal yang sangat penting dari ‘modeling’ adalah mencontoh tingkah laku yang di observasi dalam bentuk yang umum. Bandura meyakini bahwa belajar melalui observasi (observational learning/ modeling itu melibatkan 4 proses, yaitu:
(1) attentional, yaitu proses dimana observer/anak menaruh perhatian terhadap tingkah laku/ penampilan model [orang yang diimitasi]
(2) retention yaitu proses yang merujuk kepada upaya anak untuk memasukkan informasi tentang model, seperti karakteristik penampilan fisiknya, mental & tingkah lakunya kedalam memori
(3) production, yaitu proses mengontrol tentang bagaimana anak dapat mereproduksi respons/ tingkah laku model. Kemampuan mereproduksi ini bisa berbentuk keterampilan fisik/kemampuan mengidentifikasi tingkah laku model
(4) motivational yaitu proses pemilihan tingkah laku model yangdiimitasi oleh anak.
Dalam proses ini terdapat faktor penting yang mempengaruhinya yaitu ‘reinforcement’/’punishment’, apakah terhadap model / langsung kepada anak).
3. Pendekatan Etologi
Pendekatan ini merupakan studi perkembangan dari perspektif evolusioner yang di dasarkan pada prinsip-prinsip evolusi yang di ajukan pertama kalinya oleh Charles Darwin. Konsep ini merujuk kepada asal usul biologis atau evolusioner tentang tingkah laku sosial. Para etologis sangat memperhatikan studi tentang penyebab evolusioner terhadap tingkah laku. Walaupun mereka memiliki perhatian terhadap peranan “ conditioning” dan prinsip-prinsip belajar terhadap tingkah laku, namun upaya mereka sangat di konsentrasikan kepada pemahaman tentang bagaimana proses bawaan mempengaruhi perkembangan. Proses bawaan ini termasuk mekanisme genetika yang mentransmisi atau mewariskan karakteristik fisik dan tingkah laku dari satu generasi ke generasi berikutnya, serta mekanisme biologis yang mengontrol lahirnya pola-pola tingkah laku naluriah.
Lorenz dan Tinberger, dua orang pendiri gerakan etologi, mengidentifikasi empat karakteristik tingkah laku bawaan, yaitu :
a) Universal
b) Stereotip
c) Bukan hasil belajar
d) Sangat minim sekali di pengaruhi oleh lingkungan
Para etologis menggambarkan bagaimana urutan-urutan yang kompleks dari respon bawaan(pola-pola kegiatan) di picu oleh stimulasi dalam lingkungan dan bagaimana mekanisme bawaa, seperti “imprinting” (proses di mana berbagai jenis spesies yang baru lahir membentuk ikatan emosional dengan induknya ) mempengaruhi proses belajar.
C. Pemilihan kegiatan belajar
Ada beberapa hal yang di perhatikan dalam memilih kegiatan belajar diantaranya :
1) mengandung pengalaman belajar yang berpusat pada peserta didik
2) mengandung kegiatan yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
3) mengelola kegiatan bervariasi
4) melayani perbedaan individu
5) menggunakan sarana yang tersedia dan menunjang berkembangnya kecakapan hidup.
Secara umum dalam merumuskan kegiatan belajar perlu memperhatikan :
a) Kemampuan peserta didik yang berbeda-beda.
b) Pengalaman belajar peserta didik yang berbeda.
c) Metode yang bervariasi.
d) Alat, bahan dan fasilitas yang tersedia.
e) Waktu yang tersedia.
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
Sebagi objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi.
Guru sebagai pendidik/pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai hubungan dengan aktivitas belajar. Setiap fase pertumbuhan dan perkembangan memberikan andil siap tidaknya anak belajar. Fase-fase mana yang memberikan ciri-ciri khas terhadap anak. Karakteristik masa anak dan masa remaja memberikan wawasan kebijakan yang diambil guru.
DAFTAR PUSTAKA
http://lieamhar.blogspot.com/2011/05/boost-your-brain-power-part-2.html
http://suaidinmath.wordpress.com/2012/02/19/bagaimana-menyusun-kriteria-dan-indikator-keberhasilan-pendidikan-dan-pembelajaran/
Syaiful Bahri Djamarah.2008.Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf.2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
0 komentar: