Prinsip-Prinsip Untuk Menentukan Urutan Materi Kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Materi Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator .
Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.
B. Kriteria Dalam Pemilihan Materi Kurikulum
Pada saat memilih materi terutama untuk kurikulum, para pengembang kurikulum memerlukan panduan dan batasan untuk memastikan bahwa materi tersebut sesuai. kriteria berikut memberikan batasan untuk memfasilitasi proses pemilihan materi.
Hal ini tidak disajikan dalam pertimbangan kegunaan atau keberhargaan dan tidak semuanya dapat diaplikasikan secara seragam. Akan tetapi, hal itu sangat berguna untuk memberikan panduan untuk pemilihan materi yang sesuai. kriteria-kriteria ini sesuai digunakan ketika para pengembang kurikulum harus menentukan materi yang pas untuk disesuaikan dengan tujuan kurikulum.
Hal yang sering kita temukan adalah para pengembang kurikulum berdebat untuk memasukkan suatu materi berdasarkan pada pertimbangan pribadi dibandingkan dengan kriteria pelengkap yang akan dibahas di bawah ini.
Tidak perlu disangsikan lagi bahwa pemilihan subjek materi merupakan kegiatan politik tingkat tinggi, yang di dalamnya para pengembang kurikulum berarguman, bernegosiasi, berdebat dengan sesamanya dengan tujuan untuk mengontrol materi yang dimasukkan ke dalam kurikulum. Bahkan disini argumen mengenai materi tertentu akan berlaku jika menggunakan kriteria-kriteria berikut ini.
1. Signifikasi (kebermaknaan)
Kriteria untuk signifikasi digunakan ketika materi diuji dengan pertimbangan akan se-esensial apa materi tersebut untuk digunakan pada disiplin atau tema pembelajaran. Ketika materi dipertimbangkan bernilai untuk subjek permasalahan, haruslah dipertimbangkan signifikasinya dan kepentingannya itu dicantumkan dalam kurikulum. Bagi kebanyakan pengembang kurikulum, kriteria ini meliputi keseimbangan antara konsep, ide dan fakta.
Kriteria signifikasi dapat digunakan pada materi apapun yang dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam kurikulum. Misalnya, hal ini bisa digunakan saat materi didasarkan pada tema, masalah, aktivitas seperti di sekolah dasar, atau bentuk yang paling umum, subjek dan disiplin. Tentu saja kriteria ini dapat diaplikasi dengan baik saat materi “… dianggap sebagai struktur logika dan menemukan aplikasi terbesarnya dalam situasi perkembangan kurikulum yang mengikutsertakan para ahli dan penerima beasiswa dalam disiplin-disiplin ilmu dimana digunakannya kurikulum” (Zails, 1976 :344).
Meskipun demikian, kriteria ini sedikit menimbulkan masalah bila kita mengeluarkan pertanyaan “signifikan bagi siapa?” pada titik ini, hal tersebut berguna untuk merefleksikan diskusi yang muncul pada bab dalam rancangan kurikulum. Tentu saja mereka yang terlibat dengan proses perkembangan kurikulum akan membawa perspektif yang berbeda akan tugas tersebut. Banyak orang yang beragumen bahwa efek dari keputusan itu lebih penting daripada memutuskan materi apa yang signifikan untuk dicantumkan dalam kurikulum.
2. Validitas
Criteria yang sangat penting untuk dipertimbangkan saat memilih materi adalah validitasnya. Materi bisa dikatakan valid jika hal tersebut asli atau benar, secara luas hal ini berarti bahwa materi itu akurat.
Tes validitas materi yang signifikan dilakukan untuk menentukan tingkat keaktualitasannya. Di dunia yang berkembang dengan pesat ini, keaktualan materi adalah masalah yang terus-menerus dihadapi oleh para pengembang kurikulum dan mereka yang mengimplementasikan kurikulum. Beberapa mata pelajaran di sekolah seperti matematika, ilmu pengetahuan alam dan ilmu sosial, sepertinya berada dalam posisi yang secara konstan mengalami perubahan. Perubahan nama yang daerah dan nama kota yang banyak dilakukan di Eropa Timur, Afrika dan Oceania, merupakan mimpi buruk bagi para pengembang kurikulum ilmu sosial.
Kriteria validitas dapat juga dipertimbangkan dalam hubungan antara materi dan tujuan. Agar materi bisa dikatakan valid, hal itu harus menggambarkan tujuan kurikulum yang telah ditentukan sebelumnya. Bila tujuan menyatakan suatu hal sementara materi berisikan hal yang lain, maka materi tersebut dikatakan tidak valid. Misalnya apabila tujuan dimaksudkan untuk membuat siswa mengerti akan struktur politik Australia, maka apabila materi hanya berisikan salah satu kelompok politik, maka materi tersebut dikatakan tidak valid (karena akan menimbulkan bias).
Penggunaan kriteria validitas ini penting bagi guru yang mengimplementasikan silabus yang dibuat oleh pihak luar sekolah, misalnya pihak pemerintah. Kesamaan antara materi dan tujuan yang telah ditetapkan tidak selalu bersifat mutlak. Hal ini dapat terjadi bila komite pembentukan silabus menyetujui tujuan kurikulum dan proses pengembangan materi lebih sesuai dengan hasil permusyawarahan komite daripada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Relevansi dengan Keadaan Sosial
Kriteria yang cukup kontroversial dalam pengembangan materi kurikulum adalah relevansi dengan keadaan sosial. Kriteria ini mempertimbangkan materi yang berhubungan dengan nilai moral, idealisme, masalah sosial, isu kontroversial, dan sebagainya yang dapat membuat siswa menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi masyarakatnya.
Materi apa yang harus digolongkan termasuk pada pertimbangan ini, Dengan memikirkan tanggung jawab masyarakat, para pengembang kurikulum dapat memasukkan materi yang merefleksikan hal-hal di bawah ini :
a . Prinsip dan nilai demokratis
b. Pemahaman kelompok budaya
c. Kepedulian dan kritik sosial
d. Persiapan akan perubahan sistem kemasyarakatan
4. Kegunaan
Criteria ini hampir sama dengan signifikasi dan relevansi dengan keadaan sosial tapi hal yang dipertimbangkan lebih pada tindakan spesifik bagi pribadi pembelajar. Saat dipergunakan untuk memilih materi untuk kurikulum sekolah, kriteria kegunaan mempergunakan manfaat materi dalam mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan dewasa. Pendekatan ini diperlukan untuk memandu hasil pendidikan ke arah yang diinginkan. Dengan mengaplikasikan criteria kegunaan ke dalam proses pemilihan materi, para pengembang kurikulum dapat mengharapkan kurikulum akan menjadi lebih relevan dan bernilai dalam kehidupan nyata.
5. Dapat Dipelajari
Memilih materi yang dapat dipelajari oleh siswa sepertinya merupakan hal yang wajar, tapi kriteria ini tidak selalu digunakan pada masa lalu. kriteria dapat dipelajari sesuai digunakan pada kurikulum yang harus memenuhi keinginan sejumlah besar siswa dengan latar belakang yang berbeda dan tingkat kemampuan yang jauh berbeda. (Young, 1989; Kennedy, 1990). Dengan kata lain, agar materi dapat diterima oleh seluruh siswa, maka pertimbangannya adalah tidak boleh membuat materi yang terlalu sulit bagi kelompok pembelajar ini.
6. Minat
Minat pembelajar akan materi kurikulum dijadikan pertimbangan yang penting oleh para pengembang kurikulum dalam pemilihan materi. Tapi sering kali sering kali salah satu dari krteria ini lebih bernilai dalam teori daripada pada pelaksanaannya. Dan biasanya kriteria minat siswa merupakan kriteria yang dijadikan prioritas terendah dalam proses pemilihan materi. Hal ini terjadi karena pengembang kurikulum berpendapat bahwa mereka lebih mengetahui materi apa yang sebaiknya di masukkan.
C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi Pembelajaran
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
1. Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah ”Menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta asumsi yang mendasarinya” (Ekonomi kelas X semester 1) maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya ”Referensi tentang hukum permintaan dan penawaran” (materi konsep), bukan Menggambar kurva permintaan dan penawaran dari satu daftar transaksi (materi prosedur).
2. Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah Operasi Aljabar bilangan bentuk akar (Matematika Kelas X semester 1) yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan merasionalkan pecahan bentuk akar.
3. Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).
Adapun dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu mengidentifikasi Materi Pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
1. potensi peserta didik;
2. relevansi dengan karakteristik daerah;
3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
4. kebermanfaatan bagi peserta didik;
5. struktur keilmuan;
6. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
8. alokasi waktu.
D. Prinsip-Prinsip Menentukan Urutan Materi Pembelajaran
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya, materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi perkalian belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan hierarkis.
a. Pendekatan prosedural.
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah: dalam menelpon, dalam mengoperasikan peralatan kamera video, cara menginstalasi program computer, dan sebagainya.
Contoh : Urutan Prosedural (tatacara)
Pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), peserta didik harus mencapai kompetensi dasar ”Melakukan setting peripheral pada operating system (OS) komputer”. Agar peserta didik berhasil mencapainya, harus melakukan langkah-langkah berurutan mulai dari cara membaca gambar periferal sampai dengan mengetes keberhasilannya. Prosedur instalasi tersebut dapat disajikan dalam materi pembelajaran sebagaimana dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1: Contoh Urutan Materi pembelajaran Secara Prosedural
Materi Pembelajaran Urutan Materi
Melakukan setting peripheral pada operating system (OS) komputer • Mengidentifikasi informasi tentang jenis dan fungsi tiap-tiap peripheral
• Jenis dan fungsi tiap-tiap peripheral
• Petunjuk pengoperasian peripheral
• Fungsi driver
• Instalasi driver peripheral
• Mempraktikkan setting peripheral
(Kecakapan hidup: Identifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan, hipotesis, mengambil keputusan)
b. Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)
Soal cerita tentang Perhitungan Laba Rugi dalam Jual Beli
Agar peserta didik mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), peserta didik terlebih dahulu harus mempelajari konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu peserta didik perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba dan rugi (penguasaan dalil). Selanjutnya peserta didik menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil).
Bila disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut
Tabel 2: Contoh Urutan Materi pembelajaran secara hierarkis
Materi pembelajaran Urutan Materi
1. Menghitung laba atau rugi dalam jual beli 1.1. Konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar
1.2. Rumus/dalil menghitung laba, dan rugi
1.3. Penerapkan dalil atau prinsip jual beli
Urutan adalah susunan materi yang akan disajikan kepada pembelajar. Hal tersebut dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seperti :
Dari mudah ke sulit
Pendekatan ini banyak digunakan dalam penyusunan materi matematika, tata bahasa, musik dan sebagainya yang sering diajarkan di sekolah. Dimulai dari hal yang mudah menuju hal yang lebih sulit.
Prasyarat pembelajaran
Prinsip ini mengatur materi dimulai dari prinsip dan aturan dasar, baru kemudian pada perkembangannya.
Kronologi
Prinsip ini menyarankan urutan materi berdasarkan kronogis kejadian suatu peristiwa atau kejadian.
Peningkatan pada hal-hal abstrak
Pembelajaran dimulai dari hal yang dikenal atau telah dialami oleh pembelajar baru kemudian berkembang ke hal-hal diluar pengetahuan pembelajar.
Pengurutan melingkar.
Bruner (1965) menyatakan bahwa siswa sebaiknya diberikan materi dasar secara berulang-ulang, lalau membangun pengertian dasar sampai semua konsep dapat tersampaikan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa :
Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator .
Kriteria untuk menentukan materi yang efektif untuk sebuah kurikulum adalah sebagai berikut :
1. Signifikasi : seberapa penting hal tersebut bagi subjek.
2. Validitas : seberapa tepat atau benar hal tersebut.
3. Relevansi dengan keadan sosial: apakah materinya berhubungan dengan nilai moral, idealisme, masalah sosial, isu kontroversial, dan sebagainya yang dapat membuat siswa menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi masyarakatnya.
4. Kegunaan : apakah hal tersebut bernilai mutu di masyarakat
5. Dapat dipelajari : apakah siswa dapat mempelajari materi ini
6. Minat : apakah hal tersebut menarik minat pembelajar
Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi Pembelajaran yaitu:
1.Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevandengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar
2.Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasaipeserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan jugaharus meliputi empat macam.
3.Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukupmemadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat di urutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.
1.Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secaraprosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai denganlangkah-langkah melaksanakan suatu tugas
2.Pendekatan hierarkis yaitu menggambarkan urutan yang bersifatberjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.
Urutan adalah susunan materi yang akan disajikan kepada pembelajar. Hal tersebut dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seperti dari mudah ke sulit, prasyarat pembelajaran, kronologi, peningkatan pada hal-hal abstrak, dan pengurutan melingkar.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/04021989/kurikulum-dan-pembelajaran-3599188
http://www.scribd.com/doc/22960528/Prinsip-pengembangan-Materi-Ajar
http://elearning.unesa.ac.id/tag/ruang-lingkup-keseimbangan-dan-tata-urutan-materi-pembelajaran-sesuai-perkembangan-anak-sd
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2159699-pengertian-materi- pembelajaran/#ixzz1Y0JPhekV
http://www.sman6-bjm.sch.id/files/Pengemb%20Materi%20Pembelaj,270208.doc
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_MESIN/194904271976031DADANG_HIDAYAT/FILE_31._CHAPTER_REPORT_CURRICULUM_DEVELOPMENT_AND_DESIGN/Curriculum_Content.pdf
http://www.scribd.com/doc/88656810/Prinsip-Prinsip-Penyusunan-Materi-Pembelajaran
apa bedanya antara materi kurikulum dengan materi pembeajaran?
BalasHapus