MENDESAIN UNSUR-UNSUR YANG MEMBENTUK ORGANISASI MATERI





BAB II
MENDESAIN UNSUR-UNSUR YANG MEMBENTUK ORGANISASI MATERI

A. Kriteria  Pola Organisasi Kurikulum Yang Efektif
Kriteria  dalam  merumuskan  organisasi kurikulum  yang efektif  menurut Tayler adalah:
1. Berkesinambungan (Continuity)
Kesinambungan  menunjukkan kepada pengulangan  kembali unsur-unsur utama  kurikiulum secara vertikal. Misalnya dalam pelajaran IPA  materi  pelajaran  tentang  konsep  energi di pandang penting , maka  konsep itu  harus di pelajari  terus menerus dalam berbagi  bagian  pengajaran  atau materi IPA. Dengan demikian  ketermpilan  siswa dalam  membaca, atau  menguasai  konsep  energi  dapat berkembang  secara  efektif  melalui pelajaran  di sekolah.
2. Berurutan ( Sequince)
Urutan mempunyai hubungan  dengan  kesinambungan . Dengan  kriteria ini di mksudkan  bahwa  isi kurikulum  di organisasi  dengan cara  mengurutkan bahan pelajaran  sesuai  dengan tingkat kedalaman  atau keluasan yang di miliki.Misalnya   pada pelajaran  IPS  pada  kelas pertama  berisi  bahan  yang  sederhana ,namun pada tingkat selanjutnya  makin  kompleks.
3. Keterpaduan  (Integration)
Keterpaduan menunjukkan  kepada hubungan  horizontal  pengalaman belajar  dapat membantu  siswa memperoleh  pengalaman itu dalam  suatu  kesatuan. Misalnya, dalam  mengembangkan ketermpilan  menangani masalah  kuantitatif (masalah  yang berhubungan dengan angka ) dalam  pelajaran  matematika, penting pula ketermpilan itu  di gunakan  secara efektif dalam IPS, IPA, dan  pelajaran yang lain.
Ketiga kriteria itu merupakan  petunjuk  dalam membuat organisasi  kurikulum. Hal ini  tidak terikat pada suatu  bentuk organisasi apapun  yang di gunakan. Sebab pada dasarnya semua  organisasi  kurikulum  itu mempunyai  bahan  yang akan di jadikan isi. Oleh karena  nya kriteria  itu berlaku  untuk semua  bentuk  organisasi apa pun  yang akan di gunakan. 
B. Desain Kurikulum
Desain kurikulum adalah pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum.  Penyusunan desain kurikulum dibagi menjadi  dua dimensi yaitu:
1. Dimensi horisontal, berkenaan dengan penyusunan lingkup isi kurikulum.
2. Dimensi vertikal, menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukarannya. 
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu:
1. Subject Centered Design
Subject centered design curriculum merupakan bentuk desain yang paling popular, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulun dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curriculum.  Desain ini berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekankan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai masa lalu dan berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar, maka model ini disebut juga sebagai  subject academic.
Bentuk ini  termasuk paling tua  dalam sejarah kurikulum.Sejak jaman dahulu  orang Yunani  maupun orang Romawi sudah menggunakan  bentuk kurikulum semacam ini. Orang Yunani mengajarkan disekolah,mata-mata pelajaran seperti kesusasteraan, matematika, filsafat dan ilmu pengetahuan.Sedangkan orang Romawi mengajarkan Gramatika, Retorika, dan logika yang dinamakannya  sebagai Trivium, serta Aritmatika, Geometri, Astronomi dan musik di namakan dengan Quadrivium. Ketujuh mata pelajaran tersebut  di kenal dengan The Seven Liberal Arts (Nasution,1978 ). Sehingga anak dapat mempelajarinya  dengan baik. Akibat dari penggunaan bentuk kurikulum bentuk ini adalah bila muncul suatu cabang baru  dalam ilmu pengetahuan, maka mata-mata pelajaran menjadi bertambah.Mata-mata pelajaran ini di susun sedemikian rupa secara logis dan sistematis.Umumnya pada organisasi ini guru sudah terbiasa dan terdidik dalam mata-mata pelajaran yang terpisah-pisah. Dengan demikian seaparated subject  dipandang  lebih mudah di laksanakan.
Kelebihannya:
a. Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan.
b. Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan secara khusus, asal menguasai materi, seringkali  sudah dianggap bisa menyampaikannya.
Kelemahannya:
a. Karena pengetahuan yang diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab di dalam pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
b. Karena mengutamakan bahan ajaran, maka peran siswa sangat pasif.
c. Pengajaran lebih menekankan pada pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis dan tidak praktis.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut diatas, maka pengkritik menyarankan agar ada perbaikan ke arah perbaikan yang lebih terintegrasi, praktis dan bermakna, karenanya lahirlah beberapa macam model dalam desain subject centered  ini, yaitu: 
a. The Subject Design
The subject design curriculum merupakan bentuk design yang paling murni dari subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata-mata pelajaran.
Kelebihannya:
1) Karena materi  pelajaran di ambil dari ilmu yang  sudah tersusun secara sistematis  logis, maka penyusunannya  cukup mudah
2) Bentuk ini sudah  di kenal lama ,baik oleh guru-guru  maupun orang tua, sehingga lebih mudah untuk  dilaksanakan.
3) Bentuk ini memudahkan  para peserta didik untuk  mengikuti  pendidikan di perguruan tinggi.
4) Bentuk ini  dapat dilaksanakan   secara efesien ,karena metode utamanya adalah  metode ekspositori  yang di kenala  tingkat  efesiennya  cukup  tinggi.
5) Bentuk ini  sangat ampuh  sebagai alat untuk melestariakn  dan mewariskan  warisan budaya  masa lalu.
Kelemahannya:
1) Kurikulum  memberikan pengetahuan terpisah-pisah,satui  terlepas dari yang lainnya.
2) Isi kurikulum diambil dari  masa lalu,terlepas dari kejadian-kejadian yang hangat,yang sedang berlangsung sekarang.
3) Kurikulum ini kurang memperhatikan minat,kebutuhan dan pengalaman  para peserta didik.
4) Kurikulum lebih  mengutamakan  isi dan  kurang memperhatikan cara penyampaian.

b. The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih menekankan pada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada subject design belum ada kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan adalah batang tubuh keilmuannya. Untuk menegaskan hal itu mereka menggunakan istilah discipline.
Isi kurikulum  yang di berikan di sekolah adalah disiplin ilmu. Menurut pandangan ini  sekolah adalah  mikrokosmos dari dunia intelek , batu pertama dari  hal itu adalah isi dan kurikulum. Perbedaan lain adalah dalam  tingkatan penguasaan, disciplines design tidak seperti pada subject design  yang menekankan pada penguasaan fakta-fakta dan informasi  tetapi pada pemahaman (understanding). Para peserta didik  di dorong untuk  memahami logika atau struktur  dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep ,ide-ide  dan prinsip-prinsip  penting, juga  di dorong untuk  memahami cara  mencari dan menemukannya . Hanya dengan  menguasai hal-hal itu ,peserta didik akan  memahami masalah dan mampu melihat hubungan  berbagai fenomena baru.
Kelebihannya:
1) Selain memiliki  organisasi yang  sistemik  dan efektif  tetapi juga  dapat memelihara  integritas intelektual  pengetahuan manusia.
2) Peserta didik tidak hanya  menguasai serentetan fakta, prinsip hasil hapalan  tetapi juga  menguasai konsep, hubungan dan  prose-proses intelektual yang berkembang pada siswa.

Kelemahannya:
1) Belum  dapat memberikan  pengetahuan yang terintegrasi
2) Belum  mampu mengintegrasikan  sekolah dengan masyarakat atau kehidupan 
3) Belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman  peserta didik
4) Susunan kurikulum belum efesien  baik untuk  kegiatan belajar  maupun untuk pengguanannya
5) Meskipun lebih luas dari subject design   secara akademis  dan intelektual  maih cukup sempit

c. The Broad Fields Design
Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah, geogerafi dan ekonomi digabung menjadi ilmu pengetahuan sosial; aljabar, ilmu ukur dan berhitung menjadi matematika. 
Tujuan pengembangan kurikulum broad fields adalah menyiapkan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh.
Kelebihannya: 
1) Karena dasar bahan yang terpisah-pisah,walaupun sudah terjadi penyatuan  mata pelajaran  masih memungkinkan  penyusunan warisan-warisan  budaya  secara  sistematis dan teratur.
2) Karena mengintegrasikan  beberapa mata pelajaran  memungkinkan peserta didik  melihat  hubungan  antara berbagai  hal.
Kelebihannya:
1) Kemampuan guru untuk  tingkat  sekolah dasar   mampu menguasai  bidang yang luas,tetapi untuk  tingkat yang lebih  tinggi ,apalagi  di perguruan tinggi sukar sekali.
2) Karena  bidang yang di pelajari itu luas  maka yang di ajarkan  hanya  permukaannya saja.
3) Pengintegrasian  bahan ajar  terbatas sekali,tidak menggambarkan kenyataan,tidak memberikan  pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, sehingga kurang membangkitkan  minat belajar.
4) Menekankan  tujuan penguasaan bahan  dan informasi.

2. Learner Centered Design
Learner centered, memberi tempat utama pada peserta didik. Didalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu organisme yang punya potensi untuk berbuat, berprilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Learnered centered design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik. Desain ini  berbeda  dengan  subject centered,yang bertolak dari cita-cita untuk melestarikan dan mewariskan  budaya  dan  karena itu  mengutamakan  peranan isi dan  kurikulum.Ada dua  ciri utama  yang membedakan antara Subject Centered dengan Learner Centered Design, yaitu:
1) Learner centered design  mengembangkan kurikulum  dengan bertolak  dari  peserta didik  dan bukan  dari isi. 
2) Learner centered design   bersifat not-preplnned(kurikulum tidak di organisasikan  sebelumnya) tetpi di kembangkan  bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaian tugas-tugas. Organisasi kurikulum didasarkan atas masalah-masalah atau topik-topik yang menarik perhatian/dibutuhkan kelompok siswa, dan sekuensinya disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
Ada beberapa variasi dari model ini yaitu: 
a) The Activity/Experience Design, 
b) Humanistic Design, 
c) The Open Design, 
d) d) The Free Design.

The Activity/Experience Design
Salah satu variasi model ini yaitu the activity atau experience design. Berikut beberapa ciri utama activity atau experiance design. Pertama, struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Kedua, karena struktur  kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik, maka kurikulum tidak dapat disusun menjadi sebelumnya, tetapi disusun guru sebelumnya dengan para siswa. Berikut ciri –ciri nya:
a) Struktur  kurikulum di tentukan oleh  kebutuhan dan minat peserta didik
b) Karena struktur  kurikulum  di dasarkan atas minat dan kebutuhan  peserta didik,maka kurikulum  tidak dapat di susun jadi sebelumnya,  tetapi  di susun bersama  oleh guru dan beberapa siswa.
c) Desain kurikulum ini menekankan  prosedur pemecahan masalah. 
Pelaksanaan kurikulum ini dilakukan  dengan menggunakan  metode proyek.Dalam hal ini siswa  di beri kesempatan  untuk merencanakan  dan melakukan  proyek kegiatan ,sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Killpatrick(1918)  membagi proyek-proyek yang  dapat dilaksanakan  sebagai berikut:
1) Proyek permainan
2) Proyek darmawisata/ekskursi
3) Proyek cerita
4) Proyek pekerjaan tangan 
Kelebihan:
1) Karena kegiatan  pendidikan  di dasarkan atas kebutuhan  dan minat  peserta didik ,maka motivasi  belajar bersifat intrinsik  dan  tidak perlu  dirangsang  dari luar.
2) Pengajaran dengan  memperhatikan  perbedaan individual.
3) Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan  pengetahuan untuk menghadapi  kehidupan  diluar  sekolah.
 Kelemahan :
1) Penekanan pada minat belum tentu cocok untuk menghadapi kenyataan riil      
2) Dasar penyusunan struktur kurikulum tidak jelas karena kurikulum hanya menekankan minat siswa      
3) Lemah dalam kontinuitas dan sekuens bahan
4) Tidak dapat diimplementasikan oleh guru biasa, harus guru khusus.
3. Problems Centered Design
Desain ini merupakan kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat. Problems centered design menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesajahteraan masyarakat. Konsep ini menjadi landasan pula dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum. Desain ini berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia (man centered). Berbeda dengan learner centered design yang mengutamakan manusia (siswa) secara individu, problem centered design menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Asumsinya, bahwa karena manusia sebagai mahkluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini mereka menghadapi masalah yang harus dipecahkan bersama, mereka berinteraksi, bekerja sama dalam memecahkan  masalah sosial yang mereka hadapi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial mereka.
Berbeda dengan learner centered, kurikulum mereka disusun sebelumnya (preplanned) yang berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta didik. Problem centered design menekankan pada isi maupun peserta didik.
Ada dua variasi model desain kurikulum ini:
a. The areas of living design.
Variasi ini seperti learned centered design menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan yang bersifat isi (content objectives) diintegrasikan. Penguasaan informasi-iformasi yang lebih bersifat pasif tetap dirangsang. Ciri lain dari model design ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Kelebihan dari desain ini:
1) Merupakan   the  subject matter design  tetapi dalam bentuk  yang terintegrasi.
2) Karena dalam kehidupan sosial , maka desain  ini mendorong  penggunaan prosedur belajar pemecahan masalah.
3) Mengajarkan bahan ajar dalam bentuk yang relevan.
4) Desain tersebut  menyajikan  bahan ajar dalam bentuk yang fungsional,sebab di arahkan pada pemecahan masalah peserta didik, secara langsung  dipraktikkan  dalam kehidupan.
5) Motivasi belajar  datang dari dalam  diri peserta didik.

Kelemahan nya:
1) Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang  kehidupan yang  sangat esensial(penting) sangat sukar.
2) Kurangnya integritas dan kontinuitas organisasi isi kurikulum
3) Mengabaikan warisan budaya.
4) Kurikulum hanya memusatkan perhatian  pada pemecahan  masalah  sosial pada saat sekarang.

b. The core design.
Desain kurikulum ini timbul sebagai reaksi utama kepada separate subjects design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata-mata pelajaran/bahan ajar tertentu sebagai inti atau core. Pelajaran lainnya dikembangkan disekitar core tersebut. Karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang teori tentang core design yang didasarkan atas pandangan progresif. Menurut konsep ini inti bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial.
Mayoritas memandang  core curriculum ini  sebagai suatu model  pendidikan atau program pendidikan  yang memberikan pendidikan umum . The core curriculum ini  di berikan  kepada guru-guru yang  memiliki penguasaan dan berwawasan luas,bukan spesialis.Disamping memberikan pengetahuan,nilai-nilai dan keterampilan sosial, guru-guru tersebut juga  memberikan bimbingan terhadap perkembangan sosial pribadi peserta didik.
Ada beberapa  variasi desain Core curriculum yaitu:
1) The separate subject  core
Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan  antar mata pelajaran,beberapa mata pelajaran  yang di pandang  mendasari atau menjadi  inti mata pelajaran lainnya di jadikan inti(core).
2) The corelated core
Model desain ini  berkembang  dari  the separated subject design,dengan jalan  mengintegrasikan  beberapa mata pelajaran  yang erat hubungannya. 
3) The fused core
Kurikulum ini berpangkal dari separate subject,pengintegrasiannya bukan hanya  antara dua atau tiga pelajaran tetapi  lebih banyak.
4) The activity/experience core
Model desain ini berkembang dari  pendidikan progressif dengan learner centered design nya.Seperti learner centered, the activity/experience dipusatkan  pada minat-minat dan kebutuhan peserta didik.
5) The areas of living core
Desain model ini berpangkal dari pada pendidikan progressif,tetapi organisasinya berstruktur dan  dirancang sebelumnya. Berbentuk pendidikan umum yang isinya di ambil dari masalah-masalah yang muncul di masyarakat. Bentuk desain ini di pandang  sebagai core design  yang paling murni dan paling cocok untuk program pendidikan umum.
6) The social problems core
Merupakan produk dari pendidikan progressif. Dalam beberapa hal model ini sama dengan  the areas of living core . Perbedaannya  pada the areas of living core didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia yang universal, sedangkan pada the social problems core  didasarkan atas  problema-problema yang mendasar dan bersifat kontroversial. Beberapa contoh masalah sosial  yang menjadi tema  ini adalah: kemiskinan, kelaparan, perang senjata nuklir dan lain sebagainya.  



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Kriteria  dalam  merumuskan  organisasi kurikulum  yang efektif  menurut Tayler adalah:
1. Berkesinambungan (Continuity)
Kesinambungan  menunjukkan kepada pengulangan  kembali unsur-unsur utama  kurikulum secara vertikal.
2. Berurutan ( Sequince)
Urutan mempunyai hubungan  dengan  kesinambungan . Dengan  kriteria ini di maksudkan  bahwa  isi kurikulum  di organisasi  dengan cara  mengurutkan bahan pelajaran  sesuai  dengan tingkat kedalaman  atau keluasan yang di miliki. 
3. Keterpaduan  (Integration)
Keterpaduan menunjukkan  kepada hubungan  horizontal  pengalaman belajar  dapat membantu  siswa memperoleh  pengalaman itu dalam  suatu  kesatuan.
Desain kurikulum adalah pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum.  Penyusunan desain kurikulum dibagi menjadi  dua dimensi yaitu:
1. Dimensi horisontal, berkenaan dengan penyusunan lingkup isi kurikulum.
2. Dimensi vertikal, menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukarannya.
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu: 
1. Subject centered design 
Kurikulum  yang tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah.Model ini terdiri dari 3 variasi, yaitu:
a. The Subject Design
b. The Disciplines Design 
c. The Broad Fields Designs
2. Learner centered design 
Learner centered, memberi tempat utama pada peserta didik. Didalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ada beberapa variasi dari model ini yaitu:
 a) The Activity/Experience Design, 
b) Humanistic Design, 
c) The Open Design, 
d) The Free Design
3. Problems centered design 
Desain ini merupakan kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat. Problem centered design menekankan pada isi maupun peserta didik.
Ada dua variasi model desain kurikulum ini:
a. The areas of living design.
Variasi ini seperti learned centered design menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah.
b. The core design.
Desain kurikulum ini timbul sebagai reaksi utama kepada separate subjects design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata-mata pelajaran/bahan ajar tertentu sebagai inti atau core. Ada beberapa  variasi desain Core curriculum yaitu:
1) The separate subject  core
Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan  antar mata pelajaran,beberapa mata pelajaran  yang di pandang  mendasari atau menjadi  inti mata pelajaran lainnya di jadikan inti(core).
2) The corelated core
Model desain ini  berkembang  dari  the separated subject design,dengan jalan  mengintegrasikan  beberapa mata pelajaran  yang erat hubungannya. 
3) The fused core
Kurikulum ini berpangkal dari separate subject,pengintegrasiannya bukan hanya  antara dua atau tiga pelajaran tetapi  lebih banyak.
4) The activity/experience core
Model desain ini berkembang dari  pendidikan progressif dengan learner centered design nya.Seperti learner centered, the activity/experience dipusatkan  pada minat-minat dan kebutuhan peserta didik.
5) The social problems core
Model desain ini  core dipusatkan  pada minat-minat dan kebutuhan peserta didik.
6) The areas of living core
Berbentuk pendidikan umum yang isinya di ambil dari masalah-masalah yang muncul di masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2008.
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta, Rineka Cipta, 2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih,  Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung,  PT Remaja Rosda Karya, 2005.
http://blog.um.ac.id/intanmega/2011/12/12/desain-kurikulum/

0 komentar: